Sabtu, 25 Februari 2012

Revitalisasi

REVITALISASI SPIRITUALITAS DAN INTELEKTUALITAS
MENUJU GERAKAN PROGRESIF
Oleh : Andi Hariyadi
A.    Pengertian Istilah

1.     Pengertian Revitalisasi
Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu system gerakan agar memiliki nilai lebih, berdaya guna, actual dan relevan

2.     Spiritualitas

Secara etimologi kata “sprit” berasal dari kata Latin “spiritus”, yang diantaranya berarti “roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa hidup.”

Dalam perkembangannya, selanjutnya kata spirit diartikan secara lebih luas lagi. Para filosuf, mengonotasian “spirit” dengan (1) kekuatan yang menganimasi dan memberi energi pada cosmos, (2) kesadaran yang berkaitan dengan kemampuan, keinginan, dan intelegensi, (3) makhluk immaterial, (4) wujud ideal akal pikiran (intelektualitas, rasionalitas, moralitas, kesucian atau keilahian).

Secara psikologik, spirit diartikan sebagai “soul” (ruh), suatu makhluk yang bersifat nir-bendawi (immaterial being). Spirit juga berarti makhluk adikodrati yang nir-bendawi. Karena itu dari perspektif psikologik, spiritualitas juga dikaitkan dengan berbagai realitas alam pikiran dan perasaan yang bersifat adikodrati, nir-bendawi, dan cenderung “timeless & spaceless”. Termasuk jenis spiritualitas adalah Tuhan, jin, setan, hantu, roh-halus, nilai-moral, nilai-estetik dan sebagainya. Spiritualitas agama (religious spirituality, religious spiritualness) berkenaan dengan kualitas mental (kesadaran), perasaan, moralitas, dan nilai-nilai luhur lainnya yang bersumber dari ajaran agama. Spiritualitas agama bersifat Ilahiah, bukan bersifat humanistik lantaran berasal dari Tuhan

Menurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari kata benda bahasa latin ‘Spiritus” yang berarti nafas (breath) dan kata kerja “Spirare” yang berarti bernafas. Melihat asal katanya , untuk hidup adalah untuk bernafas, dan memiliki nafas artinya memiliki spirit. Menjadi spiritual berarti mempunyai ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material. Spiritual merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai makna hidup dan tujuan hidup. Spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan seseorang.[24]

Spiritual dalam pengertian luas merupakan hal yang berhubungan dengan spirit , sesuatu yang spiritual memiliki kebenaran yang abadi yang berhubungan dengan tujuan hidup manusia, sering dibandingkan dengan Sesuatu yang bersifat duniawi, dan sementara, Didalamnya mungkin terdapat kepercayaan terhadap kekuatan supernatural seperti dalam agama , tetapi memiliki penekanan terhadap pengalaman pribadi. Spiritual dapat merupakan eksperesi dari kehidupan yang dipersepsikan lebih tinggi, lebih kompleks atau lebih terintegrasi dalam pandangan hidup seseorang,dan lebih dari pada hal yang bersifat indrawi. Salah satu aspek dari menjadi spiritual adlah memiliki arah tujuan, yang secara terus menerus meningkatkan kebijaksanaan dan kekuatan berkehendak dari seseorang, mencapai hubungan yang lebih dekat dengan ketuhanan dan alam semesta dan menghilangkan ilusi dari gagasan salah yang berasal dari alat indra , perasaan, dan pikiran. Pihak lain mengatakan bahwa aspek spiritual memiliki dua proses , pertama proses keatas yang merupakan tumbuhnya kekuatan internal yang mengubah hubungan seseorang dengan Tuhan , kedua proses kebawah yang ditandai dengan peningkatan realitas fisik seseorang akibat perubahan internal. Konotasi lain perubahan akan timbul pada diri seseorang dengan meningkatnya kesadaran diri, dimana nilai-nilai ketuhanan didalam akan termanifestasi keluar melalui pengalaman dan kemajuan diri
3.     Intelektualitas
Menurut English & English dalam bukunya " A Comprehensive Dictionary of Psichological and Psychoalitical Terms" , istilah intellecct berarti antara lain :
 (1) Kekuatan mental dimana manusia dapat berpikir ;
(2) suatu rumpun nama untuk proses kognitif, terutama untuk aktivitas yang berkenaan dengan berpikir ( misalnya menghubungkan, menimbang, dan memahami);
(3) kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir; (bandingkan dengan intelligence. Intelligence =intellect).

Menurut kamus WebssterNew Worid Dictionary of the American Language, istilah intellect berarti:
1) kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti; kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan, dan sebagainya. Dengan demikian kecakapan berbeda dari kemauandan perasaan,
2) Kecakapan mental yang besar,sangat intellegence, dan
3) Pikiran atau inteligensi.

Jadi istilah inteligensi menurut para ahli diantaranya menurut Wechler (1958) mermuskaan intelligensi sebagai "keseluruhan ke-mampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Dalam mengartikan intelegensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertian yang beragam.
4.     Gerakan Progresif
progresif, maju, maju terus-menerus, setahap demi setahap
B.     Dinamika Spiritualitas dan Intelektualitas

The Encyclopedia of Religion menyebutkan tiga tipe ajaran spiritual (spiritual discipline) yaitu :

Pertama, spiritual heteronomy. Dalam corak spiritual ini, pencari atau pengamal spiritual cenderung menerima, memahami, meyakini atau mengamalkan acuan spiritual (nilai-nilai spiritual) yang bersumber dari otoritas luar (external authority). Pengamal ajaran spiritual heteronomik bersikap mentaati dan menerima makna dan keabsahannya dalam wujud tindakan yang submisif dalam arti tinggal menerima, meyakini dan mengamalkan saja, tanpa harus merefleksikan atau merasionalisasi makna ajarannya.

Kedua, spiritual otonom, yakni bentuk spiritualitas yang bersumber dari hasil refleksi diri sendiri. Corak spiritual ini bersifat “self-contained and independent of external authority”, yakni dihasilkan dari dalam diri sendiri dan terbebas dari otoritas luar. Spiritual otonom sesungguhnya merupakan nilai spiritual yang dihasilkan oleh proses refleksi terhadap kemahabesaran Tuhan dan ciptaannya.

Ketiga, spiritual interaktif, yakni nilai spiritual atau spiritual yang terbentuk melalui proses interaktif antara dirinya sendiri dengan lingkungannya. Dengan demikian, corak spiritual ini bukan mutlak karena faktor internal maupun eksternal. Namun, lebih merupakan hasil dari proses dialektik antara potensi ruhaniah (mental, perasaan, dan moral) di satu pihak dengan otoritas luar dalam bentuk tradisi, folkways, dan tatanan dunia yang mengitarinya.

Bentuk-bentuk spiritual yang berkembang juga cenderung bervariasi. William K. Mahony, mengkategorikan dua bentuk ajaan spiritual. Pertama, ajaran spiritual esktatik, ajaran ini menganggap bahwa spiritual atau nilai-nilai spiritual dapat diperoleh melalui pengalaman esktatik. Yakni praktik memperoleh kegembiraan luar biasa (esktasi) dengan cara merampas (menjauhkan) diri dari bentuk kesenangan jasmani agar terbebas dari kungkungan tubuh jasmaniahnya (physical body). Kedua, ajaran spiritual konstraktif yang memandang bahwa untuk memperoleh nilai dan tingkat spiritualitas (maqam) tidak harus mengekslusi atau mengesampingkan realitas kesenangan hidup keseharian yang sesunguhnya. Thomas a Kempis, seorang biarawan pada abad 15 pernah mengajarkan pada muridnya tentang bagaimana cara memilki spirtualitas relijius yang tinggi. Ajaran sederhananya, misalnya “Be simple, like the simple children of God, without deception, without envy, without murmuring, and without suspicion”.

C.     Modal Menuju Gerakan Progresif
1.     Kekuatan Aqidah, Ibadah dan Akhlaqul Karimah
2.     Keluasan Ilmu
3.     Memiliki Jaringan yang Luas

D.    Sejarah Peradaban
1.     Peradaban Masa Rosulullah dan Khulafau Ar Rasyidin
a.     Pentingnya membaca, menulis dan menghafal
b.     Membangun Persaudaraan dan Perdamaian
c.      Menegakkan Peraturan Perundang-undangan (Hukum) Islam

2.     Peradaban Masa Bani Umayyah
a.     Ilmu yang bersumber dari Qur’an dan Hadits
b.     Penulisan Sejarah
c.      Berkembangnya ilmu bahasa,seperti Nahwu, sharaf dll
d.     Berkembangnya ilmu filsafat
3.     Peradaban Masa Abbasiyah
a.     Perkembangan ilmu Naqli : Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, ilmu Kalam, Ilmu Tasawuf, Ilmu Fiqh
b.     Perkembangan Ilmu Aqli : Penerjemahan, Ilmu Kedokteran, Ilmu Filsafat, Ilmu Optik, Astronomi, Ilmu Kimia, Ilmu Bumi, dll

4.     Kemunduran Peradaban Islam
a.     Konflik Politik
b.     Pemberontakan dalam negeri
c.      Serbuan bangsa Asing

E.     Aspek Spiritualitas
Aspek spiritual sangat penting ditanamkan dalam menjamin keberhasilan sistem pendidikan di Indonesia. Aspek tersebut meliputi kecerdasan spiritual dan kesucian spiritual siswa.
a.     Kecerdasan spiritual : kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.
b.     Kesucian spiritual : manusia berada dalam kondisi ‘suci tanpa dosa’, yang secara filosofis diistilahkan sebagai “man as a such”. Maksudnya, manusia fithrah atau the sacred self, yang berarti manusia tampil sebagai makhluk “teomorfisme”, yang bersifat transenden-Ilahiyyah, sehingga mampu menjalin diri ke “sumber diri” (Conection to the Source).
F.     Aspek  Intelektualitas
Intelektualitas, sebagaimana yang selalu kita pahami adalah seperangkat sikap dan perilaku yang lebih bijak, lebih mengarahkan kepada pendekatan otak dan rasional serta selalu menimbang-nimbang apa yang akan diambil berdasarkan resiko yang akan terjadi kemudian. Pendek kata, orang intelektual adalah orang yang selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian dan pertimbangan-pertimbangan yang rasional dibandingkan emosional.

G.    Problematika Pemahaman Spiritualitas dan Intelektualitas

1.     Pemahaman yang Instan
2.     Pemahaman yang Berlebihan
3.     Penyimpangan dan Penyesatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar