Sabtu, 25 Februari 2012

Tafsir Langkah Muhammadiyah

Langkah Pertama
        MEMPERDALAM MASUKNYA IMAN
Al Hajj (22) : 54
zNn=÷èuÏ9ur šúïÏ%©!$# (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# çm¯Rr& ,ysø9$# `ÏB šÎi/¢ (#qãZÏB÷sãŠsù ¾ÏmÎ/ |MÎ6÷çGsù ¼ã&s! öNßgç/qè=è% 3 ¨bÎ)ur ©!$# ÏŠ$ygs9 tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ 5OŠÉ)tGó¡B ÇÎÍÈ
54.  Dan agar orang-orang yang Telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.
Kongres Muhammadiyah ke-26 di Jogjakarta pada bulan Oktober 1937 setelah bermusyawarah berharap Ki Bagus Hadikusumo bisa memimpin Muhammadiyah, namun ditolaknya, selanjutnya musyawarin meminta pada Kyai Hadjid namun juga ditolaknya, sehingga pilihan diarahkan pada kelompok muda yaitu KH Mas Mansur, pada mulanya menolak namun melalui dialog yang panjang sehingga diterima amanah tersebut. Kepemimpinannya ditandai dengan kebijaksanaan baru diantaranya yang disebut Langkah Muhammadiyah 1938-1940. Ada duabelas langkah yang dicanangkannya, dan langkah pertamanya adalah memperdalam masuknya iman. Mengingat pesan-pesan dari pendiri Muhammadiyah yaitu  KH Ahmad Dahlan yang pernah berkata intinya bahwa hidup ini hanya sekali, jangan sampai sesat. jangan sampai menyesal setelah meninggal. oleh karena itu, beliau mewajibkan para santrinya untuk terus menerus mencari kebenaran. terus menerus meneliti apakah akidah aku sudah benar? ibadah aku sudah benar? apakah akhlakku sudah benar? apakah muamalahku sudah benar? kalau merasa sudah benar, apa buktinya? pernahkah mengujinya? siapa tahu yang sudah aku yakini selama ini adalah ternyata salah? lalu bagaimana mengujinya. Pesan-pesan ini bagi warga Persyarikatan benar-benar diperhatikan agar hidup di dunia yang hanya sekali lebih berarti.
            Nabi Muhammad SAW bersabda : “ Iman itu adalah kepercayaan di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota” , ketiga aspek Iman ini tidak bisah dipisahkan dan jika dipisah-pisahkan dialah Iman yang tidak berarti. Ternyata dalam dinamika kehidupan  masih sering kita jumpai memisahkan diantaranya dan dianggapnya suatu kebenaran yang layak diperjuangkan dan jika itu terjadi sungguh ironis sekali karena merupakan pilihan yang sangat tidak tepat. Sinergi ketiganya merupakan wujud kesungguhan dari komitmen keimanan yang benar.
            Memperdalam masuknya Iman, akan memberikan ruang yang kokoh atas pondasi keimanan yang selanjutnya tidak akan mudah digoyahkan oleh berbagai bentuk yang merusak keimanan. Masuknya iman membutuhkan perjuangan kesungguhan dan ketulusan meskipun harus berkurban, upaya ini tidaklah semudah membalikkan tangan tetapi benar-benar membutuhkan keseriusan untuk menerima masuknya Iman. Yusuf Qardhawi menjelaskan pada ayat diatas (QS 22:54) bahwa ilmu yang dimiliki orang-orang mukmin untuk menyadari bahwa yang hak itu dari Tuhan mereka. Akhirnya dengan Ilmu itu mereka beriman kepada-Nya. Ilmu merupakan bukti dan panglima keimanan. Nurcholish Madjid, menandaskan bahwa Keimanan dan Ketaqwaan memang menjadi urusan yang sangat pribadi dari dimensi vertical sebuah ritual, namun Keimanan dan Ketaqwaan yang benar juga akan memiliki implikasi social.
            Tema memperdalam masuknya iman yang diambil oleh KH.Mas Mansyur sebagai langkah pertama dari dua belas langkah Muhammadiyah, masih tetap relevan untuk memberikan pengawalan aqidah tauhid yang benar, sehingga antara ritual dan social bisa beriringan sekaligus menghancurkan berbagai bentuk kemusyrikan ritual dan social yang sering mengotori dan mencemari nilai ibadah yang kita lakukan. Nabi SAW pernah bersabda : Iman itu bertambah dan berkurang, bertambahnya keimanan dengan ketaatan, berkurangnya keimanan dengan kemaksiatan (HR.Ibnu Majah), menilik hadits ini prestasi keimanan  harus terus ditingkatkan  dengan ketaatan, sehingga keimanan mampu membingkai diri dari hal-hal yang tidak ada manfaatnya, karena kekuatan keimanan mampu mengubah cara pandang dari kejahiliyaan menuju keilahian, dari kebodohan menuju pencerahan.
            Jalan untuk memperdalam masuknya Iman menurut KH. Mas Mansyur dalam Tafsir Langkah Muhammadiyah, melalui dua jalan yaitu : 1) Menambah tebalnya iman,  dengan mau’iddah atau nasihat-nasihat dengan ayat-ayat atau hadits-hadits, 2) Menjaga supaya cahaya iman itu senantiasa cemerlang, dengan mengambil jalan nasihat-nasihat yang dapat menimbulkan khauf  (rasa takut) menjalankan maksiat.
            Al Qur’an telah memberikan bekal sebagai daya dorong untuk memperdalam masuknya iman, seperti : Ar-rum (30) : 31 untuk bertaubat dan bertaqwa dan jangan musyrik, Al Kahfi (18) : 54 tentang pelajaran dari Al Qur’an yang terus berulang-ulang tetapi manusia banyak membantah, Al Mu’minuun (23) : 1-12, tentang kemenangan dan kesuksesan orang yang beriman, Ibrahim (14) : 24-27, tentang Gambaran Iman seperti pohon
            Langkah Muhammadiyah dengan memperdalam masuknya Iman sebagai langkah pertama gerakannya dapat berimplikasi yang sangat luas, yang tidak hanya untuk kualitas diri yang sempurna tetapi juga mampu mendongkrak kebekuan, kejenuhan, serta hilang atau pudarnya semangat juang warga Persyarikatan dalam berdakwah amar ma’ruf nahi munkar akibat masuknya berbagai kepentingan murahan sehingga tidak mampu menangkap esensi ritual dan social keimanan yang ikhlas dalam berjuang menegakkan kebenaran. Sehingga ketika ber-Muhammadiyah peran ritual dan social nampak begitu kuat, karena keimanan telah masuk dan tertanam kuat. Ada banyak lahan beramal dan berjuang di Muhammadiyah yang mampu memperdalam masuknya Keimanan, sehingga berbagai dinamika dalam Muhammadiyah seharusnya didasarkan pada ke ikhlasan, jika tidak aka nada kekecewaan. Hati yang ikhlas mampu membuka masuknya Keimanan untuk bersinergi membangun peradaban manusia.
Langkah Kedua
MEMPERLUAS PAHAM AGAMA
                Oleh : Drs. Andi Hariyadi, M.Pd.I
Asy-Syu’araa (26) : 83- 85
Éb>u ó=yd Í< $VJò6ãm ÓÍ_ø)Åsø9r&ur šúüÅsÎ=»¢Á9$$Î/ ÇÑÌÈ @yèô_$#ur Ík< tb$|¡Ï9 5-ôϹ Îû tûï̍ÅzFy$# ÇÑÍÈ ÓÍ_ù=yèô_$#ur `ÏB ÏprOuur Ïp¨Yy_ ÉOŠÏè¨Z9$# ÇÑÎÈ
83.  (Ibrahim berdoa): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah Aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh,
84.  Dan jadikanlah Aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) Kemudian,
85.  Dan jadikanlah Aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan,
Ketika kehidupan dunia yang semakin mengglobal, terjadilah komunikasi yang intens dan  tanpa batas diantaranya meliputi hubungan antar Negara, suku bangsa,  usia dan jenis kelamin, social ekonomi, agama dan budaya, tingkat pendidikan, tingkat kesejahteraan, profesi dan keterampilan,  dan lain sebagainya. Keragaman inilah setidaknya  yang dapat mempengaruhi  aktivitas kehidupan manusia, sehingga jika tidak tepat dan cerdas dalam bersikap dan memahami keragaman  yang ada dapat menimbulkan perselisihan, pertikaian dan permusuhan dengan korban sia-sia yang sangat tidak kita harapkan. Keadaan seperti ini pernah dialami Nabi Ibrahim AS, meski dalam sekup yang masih terbatas, setidaknya tatanan dan interaksi social ini membutuhkan penanganan yang serius sehingga beliau bermunajad kepada Allah SWT agar diberikan hikmah, dan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang soleh serta tetap komitmen dengan kebaikan dan kebenaran sehingga layak mendapatkan syurga yang penuh kenikmatan atas prestasi dalam berinteraksi ditengah kehidupan masyarakat.
Implementasi pengamalan beragama seharusnya tidak terjebak dan sebatas rutinitas saja tetapi mampu menjangkau disemua aspek kehidupan masyarakat yang dinamis, sebagaimana pesan ke-Ilahian pada ayat 84 yang mampu menjadi buah tutur yang baik bagi kehidupan orang-orang dimasa depan yang lebih komplek permasalahannya dan lebih canggih perangkat kehidupannya, maka pemahaman keagamaanpun dituntut untuk lebih luas, tidak sekedar hitam putih saja tetapi bagaimana menanamkan serta menumbuhkan pemahaman kebenaran itu sehingga menjadi keyakinan yang kokoh dan kesadaran yang mencerahkan. Prof.Dr.Munir Mulkan (2003) menyatakan :”Pemahaman keagamaan juga sering terperangkap dalam tataran ideologis yang membuat seorang pemeluk agama menjadi kesulitan memasuki wilayah kesadaran metafisis sebagai dasar dari akal paradigm keagamaan”.
Sejarah telah mencatat bagaimana upaya KH. Mas Mansyur bisa mengikuti kajian KH. Achmad Dahlan di daerah Ngampel Surabaya, dan bukan hanya itu saja bahkan beliau berharap KH.Achmad Dahlan mau bersinggah di rumahnya agar transfer pengetahuan keagamaan yang mampu menggetarkan anak muda (Mas Mansyur) bisa maksimal, mengingat kesederhanaan dan materi kajian keagamaan  KH.Achmad Dahlan benar-benar sangat dibutuhkan khususnya di kota Surabaya yang kondisi masyarakat terjajah, pemahaman agama yang sempit, bahkan masyarakat Surabaya sedang diselimuti kabut kekolotan, sehingga dibentuklah majelis diskusi bersama Abdul Wahab Hasbullah yang diberi nama Taswir al-Afkar (Cakrawala Pemikiran)., mengingat masyarakat masih sulit diajak maju, bahkan mereka sulit menerima pemikiran baru yang berbeda dengan tradisi yang mereka pegang. Taswir al-Afkar merupakan tempat berkumpulnya para ulama Surabaya untuk membahas masalah-masalah yang bersifat keagamaan murni sampai masalah politik perjuangan melawan penjajah. Kecintaan Mas Mansyur pada perjuangan untuk perbaikan negeri ini luar biasa banyak pengorbanan yang telah dikeluarkan guna membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap agama dan negaranya.
Dinamika perjalanan perkembangan paham keagamaan setidaknya telah mewarnai implementasi keagamaan pada kehidupan baik dari aspek teologi, ibadah, akhlaq dan muamalah, bahkan sampai timbulnya permusuhan dan mengkafirkan, sehingga halal darahnya untuk dibunuh. Kondisi seperti ini sebagai akibat sempitnya pemahaman keagamaan, sehingga yang berbeda dengan dirinya dianggap musuh, mereka tidak mampu menangkap keindahan cakrawala pemikiran, sebagaimana kegellisahan Mas Mansyur atas kondisi keterbelakangan dan keterpurukan masyarakat sehingga harus didewasakan, dicerdaskan untuk mampu mengejawantahkan wahyu Ilahi dan keteladan Nabi SAW dalam memberikan solusi kehidupan.
Memperluas paham keagamaan bukan berarti meninggalkan ajaran yang lama atau mengganti dengan ajaran baru, tetapi tetap meneguhkan keyakinan agama ini dengan segala kekuatan yang ada untuk bertindak secara cerdas dan bertanggung jawab atas problematika kehidupan umat dan bangsa, karena keterpurukan dan keterbelakangan merupakan problem yang diantaranya dapat memicu terjadinya konflik social, sehingga kekerasan dan radikalisme dianggap sebagai bagian dari paham keagamaan. Dalam sejarah perkembangan agama pernah terjadi berbagai macam bentuk kekerasan dan pertumpahan darah baik sesama agama maupun beda agama, dan munculnya penodaan dan berbagai bentuk kekerasan semakin membuat suram pemahaman keagamaan. Ajaran agama sering dijadikan sumber konflik, ajaran agama dibingkai sebagai mitos besar sehingga membelenggu umatnya, ajaran agama dituduh tidak berperan nyata dalam kehidupan, sehingga ke depan kita berharap kehidupan lebih beradab, dan ajaran Islam memiliki sumber ajaran yang mampu mengeluarkan dari kebekuan dan kekakuan pola pikir karena dikotori oleh kepentingan politik, ambisi sesaat, popularitas dan berbagai kepentingan lainnya. Untuk itu upaya memperluas paham agama diantaranya berupaya untuk : Kembali kepada ajaran yang hakiki, serta mampu menangkap spirit kemuliaan ajaran agama, jauhi berbagai bentuk kekolotan yang membelenggu, serta diharapkan mampu secara maksimal untuk menjadi tauladan dalam perbaikan kehidupan. Pahami agama dengan penuh kecerdasan dan ketulusan, sehingga terbuka kesadaran.

Langkah Ketiga
Memperbaiki Budi Pekerti
Oleh : Drs. Andi Hariyadi, M.Pd.I
Al Ahzab : 21
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ
21.  Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
            Keteladanan Rasulullah Muhammad SAW sungguh mengagumkan, sehingga para Sahabat menyambutnya sebagai kesempurnaan kehidupan untuk memperbaiki kerusakan tatanan Zahiliyah yang lepas kendali, penuh arogansi dan merendahkan nilai-nilai Ketuhanan dan kemanusiaan, yang seharusnya manusia mampu mengemban kemuliaan namun karena nafsu keserakahan sehingga terjerembab dalam tabiat kebinatangan dan bahkan lebih rendah darinya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa ada tiga komponen utama dalam ajaran Islam yang selalu berkaitan dan tidak bisa dipisahkan yang meliputi aqidah, syari’ah dan akhlaq, sehingga upaya serius untuk mengimplementasikan dalam kehidupan merupakan wujud kemurnian aqidah, kebenaran syari’ah dan kemulian akhlaq. Dalam Al Qur’an terdapat kata ihsan yang artinya berbuat kebajikan atau kebaikan, seperti dalam Surat An Nahl : 90, Ar Rahman : 60, yang memiliki hubungan yang erat dengan akhlaq. Imam Ghozali berpendapat, bahwa akhlaq suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama. Respon ini bisa bernilai positif jika didasarkan kejernihan akal dan pemahaman norma agama, sehingga disebut akhlaq terpuji (mulia), berbudi pekerti. Dan, sebaliknya terespon negative karena meninggalkan kejernihan akal dan norma agama, etika, susila, yang lebih mengutamakan dorongan nafsu rendah, hina dan tercela.
KH. Mas Mansyur seakan menyambungkan ide-ide dasar KH.Ahmad Dahlan dalam upaya mengembangkan dakwah Muhammadiyah ditengah kehidupan masyarakat yang semakin besar tantangan dan permasalahan, dimana KH.Ahmad Dahlan telah mempelopori dan melakukan banyak terobosan dalam membongkar kebekuan pikiran umat akibat penjajahan, kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan, sehingga KH. Mas Mansyur berusaha memberikan penguatan pijakan perjuangan di Muhammadiyah dengan langkahnya berupa memperbaiki budi pekerti, agar ke depan dalam proses pencerahan umat dan bangsa semakin menunjukkan ketepatan, yang menjung tinggi nilai moralitas, etika  dan peradaban pergaulan kehidupan mulia.
Rasulullah  Muhammad SAW bersabda: “ Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq”,  (HR.Ahmad), dalam riwayat yang lain disampaikan, bahwa : “ Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya” (HR. Tirmidzi). Dan dari Aisyah ra, berkata : “ Akhlaq Nabi Muhammad SAW adalah seluruh isi Al Qur’an”. Selanjutnya Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat Al Qalam : 4
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ
4.  Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Nampak jelas, bahwa upaya perbaikan akhlaq (budi pekerti) merupakan permasalahan yang sangat urgen disetiap pentas peradaban zaman kehidupan manusia, sehingga para Nabi dan Rasul yang diturunkan senantiasa menyampaikan upaya perbaikan akhlaq ini dalam setiap dakwah dan perilaku sosialnya. Karena kerusakan moral merupakan bencana peradaban yang sangat membahayakan kehidupan,dimana manusia tidak mampu lagi melakukan kedekatan dan perbaikan dengan Sang Kholiq, tetapi justru melakukan perselingkuhan dengan syetan yang berarti menjauhi dari Hidayah sehingga tersesat, dan menjauhi dari Rahmat sehingga berkurangnya ni’mat. Karunia Allah yang telah diberikan kepada kita sangatlah luar biasa besarnya baik yang berupa: kesehatan, kecerdasan, kekuatan, kekuasaan, harta dan lainnya, maka mereka yang memiliki akhlaq mulia tentunya tidak ingin segala karunia itu ditelantarkan begitu saja, tetapi justru untuk menambah rasa syukur sekaligus upaya perbaikan diri sebagai hamba yang senantiasa mengabdi dengan ke ikhlasan yang sepenuh hati sebagai bukti pengamalan nilai agama dalam kehidupan sehari-hari (QS: An-Nisa:125).
Langkah perbaikan budi pekerti ini yang sudah tertuang dalam Tafsir Langkah Muhammadiyah pada 12 Rabiu’ul Awwal 1358 H/7Mei 1939, sehingga bagi warga Persyarikatan beserta seluruh organisasi otonomnya dan Amal Usahanya, upaya perbaikan akhlaq harus terus dilakukan, mulai dari diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Implementasi perbaikan akhlaq diawali kepada Kholiq (pencipta) untuk konsisten dengan ketundukan, ketauhidan, dan kesadaran, selanjutnya berakhlaq kepada makhluk (manusia dan alam sekitarnya), untuk menciptakan hubungan kehidupan yang penuh kedamaian bukan permusuhan, kehidupan yang penuh kejujuran bukan kebohongan, kehidupan dengan moralitas yang mulia bukan moralitas yang hina, kehidupan yang peduli dengan lingkungan alam sekitar untuk kesejahteraan, bukannya mengeksploitasi dengan penuh keserakahan dan pengrusakan sehingga berkurangnya nikmat Allah. Kesinambungan perjuangan dakwah Muhammadiyah dimasyarakat dan terus melakukan pengembangan dan terobosan-terobosan baru, karena adanya kekuatan aqidah, kebenaran ibadah, serta kemulian akhlaq. Berbahagialah mereka yang senantiasa menyadari untuk mau berbenah diri, introspeksi, dalam rangka perbaikan budi pekerti, sebagai sikap kesempurnaan dan sekaligus upaya melanjutkan misi kenabian untuk melakukan perbaikan akhlaq. Semoga kita menjadi hamba  yang pertama yang selalu memperbaiki budi pekerti.
Langkah Keempat
Menuntun Amalan Intiqad
Oleh : Drs. Andi Hariyadi, M.Pd.I
An Naba : 40
!$¯RÎ) öNä3»tRöxRr& $\/#xtã $Y6ƒÌs% uQöqtƒ ãÝàZtƒ âäöyJø9$# $tB ôMtB£s% çn#ytƒ ãAqà)tƒur ãÏù%s3ø9$# ÓÍ_tFøn=»tƒ àMZä. $R/ºtè? ÇÍÉÈ
40.  Sesungguhnya kami Telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang Telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata:"Alangkah baiknya sekiranya dahulu adalah tanah".
Sebagai orang beriman dan bertaqwa, tidaklah ingin seluruh aktivitas hidup dan kehidupannya tanpa makna dan karya mulia, sehingga segenap potensi yang dimiliki untuk kesempurnaan kemuliaan hidup. Dari prespektif inilah gerakan dakwah Muhammadiyah senantiasa dimaksimalkan untuk memberikan pencerahan, pemberdayaan dan pembelaan pada masyarakat secara luas sebagai bentuk tanggung jawab ke khalifahannya untuk mengembangkan Kesalehan Spiritual, Sosial, Intelektual dan Maal.
Ayat di atas menunjukkan sikap penyesalan yang luar biasa dimana orang-orang kafir, yang menjadikan hidup dan kehidupannya penuh dengan kemaksiatan, kehinaan dan kedurhakaan, dan kebohongan,  hidupnya tanpa makna dan karya mulia, bahkan senantiasa menebar  benih permusuhan, kedengkian dan arogansi yang memalukan. Penyesalannya tinggallah penyesalan dan tragisnya tidak adanya harapan dalam upaya perbaikan diri, sehingga terucaplah dari mulut orang kafir itu : "Alangkah baiknya sekiranya dahulu adalah tanah". Dimana keberadaannya di muka bumi yang sejatinya untuk beribadah dan memakmurkannya karena sudah dibekali potensi untuk melakukan kekaryaannya, namun tidak dipergunakan bahkan disalahgunakan, hingga derajatnya sungguh hina dan mengerikan. Syekh Ibn al-‘Arabi ra, berkata :” Yang dimaksud dengan tanah adalah keberadannya sebagai sesuatu yang hina, dan itulah tujuan ibadah, karena ibadah adalah penghinaan diri, dan penghambaan. Sehingga jelaslah bahwa manusia yang hidupnya bukan untuk beribadah dan hampa karya mulia, akan menjadi hina,maka dengan iman dan amal soleh itulah jalan terbaik meraih kemuliaan.
Memperhatikan fenomena kehidupan manusia yang seperti itulah, sehingga KH. Mas Mansur, berusaha untuk mengembalikan jati diri manusia beserta fungsi keberadaannya agar tidak larut dalam penyesalan hidup, justru didorongnya  untuk banyak melakukan karya mulia dan disitulah kebermaknaan hidup terwujudkan. Manusia yang telah mampu membekali dirinya dengan amal soleh, sesungguhnya telah memantapkan dirinya sebagai pribadi yang memiliki jiwa yang kuat dan tegar, yang bukan saja diorientasikan hanya pada kehidupan di dunia ini saja tetapi juga diakhirat, bukan sekedar jangka pendek saja usahanya, tetapi mampu menjangkau pada masa depan yang membahagiakan. Dr. Freddy Rangkuti, dalam bukunya : Leadership in Business : “ Berusaha menggerakkan dunia, tidak digerakkan dunia. Berusaha menguasai waktu, tidak dikuasai waktu. Selalu menjadi bagian solusi, tidak menjadi bagian masalah.” Tugas ke khalifahan yang penuh amanah dan tanggung jawab yang besar itu dalam rangka memakmurkan kehidupan dunia dan bukannya merusaknya. Sungguh tepat apa yang dijadikan langkah Muhammadiyah dalam rangka perbaikan, dari Tafsir Langkah Muhamadiyah, dimana KH. Mas Mansur, menetapkan langkah keempat berupa, Menuntun Amalan Intiqad.
Intiqad dari kata “naqd”, artinya kritik koreksi dan meneliti. Intiqad oleh Mas Mansur dimaknai dengan senantiasa melakukan perbaikan diri. Ini semakna dengan istilah yang berkembang di tengah masyarakat, yaitu muhasabah al-nafs (intropeksi diri atau self correction atau zelf corrective). Untuk itu perlu dituntun agar upaya perbaikan diri mengarah pada kesempurnaan, bukannya penyimpangan. Menuntun intiqad merupakan amal yang terpuji dan diperintahkan agama Islam, sehingga sangat tepat dijadikan langkah Muhammadiyah beserta Amal Usahanya, yang meliputi tiga langlah, yaitu : 1) Intiqad kepada diri sendiri, 2) Intiqad kepada teman sejawat dan sesama muslim, dan 3) intiqad kepada lembaga-lembaga (badan), seperti Persyarikatan, Majelis, Organisasi Otonom dan sebagainya. Dari langkah inilah diharapkan dinamisasi dakwah Muhammadiyah terus berkembang dimasyarakat, agar terjadi perubahan yang lebih berarti, penguatan kehidupan yang lebih berdaya, dan pencerahan hati dan pikiran untuk kemajuan kehidupan.
Al Qur’an dan Ash-Shunnah merupakan landasan dalam menuntun amalan intiqad, karena dari pijakan itulah suksesnya perjuangan dakwah Rosulullah terwujudkan, sehingga diharapkan para pimpinan, kader dan warga Persyarikatan untuk terus melakukan perbaikan sebagai bagian dari perjuangan, maka kebersamaan harus dikuatkan, bermusyawarah harus diterapkan, ketaatan pada pimpinan harus ditegakkan. Persinggungan dalam beraktivitas sering termunculkan namun tetap segera dikembalikan pada aturan dan mekanisme organisasi yang ada dengan penuh ketulusan, karena sadar bahwa upaya ini adalah bagian dari ibadah untuk melahirkan amal soleh, bukan untuk kepentingan pribadi yang diliputi nafsu kerendahan.
Sungguh luar biasa manakala kita senantiasa bisa menuntun amalan intiqad ini dalam setiap kehidupan, karena tantangan zaman yang begitu komplek permasalahnnya dan sangat dimungkin akan mempengaruhi kualitas diri, sehingga yang seharusnya kuat menjadi lemah, bermartabat menjadi terlaknat, mulia jadi hina, dan sebagainya. Maka kita kaji dan dalami Al Qur’an karena ada banyak ayat-ayat yang seharusnya dijadikan rujukan guna menuntun amalan intiqad, diantaranya : Al Hujrat (49) : 12 untuk berpikir positif; An-Nisa’ (4) : 58 konsis mengemban amanah; An Nahl 125 : Mengajak dengan penuh kebijaksanaan; Az Zumar 17: kekuatan petunjuk dan akal. Dan Rasulullah SAW bersabda: Janganlah kamu menjadi orang yang "ikut-ikutan" dengan mengatakan "Kalau orang lain berbuat kebaikan, kami pun akan berbuat baik dan kalau mereka berbuat zalim kami pun akan berbuat zalim". Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berprinsip, "Kalau orang lain berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan pula dan kalau orang lain berbuat kejahatan kami tidak akan melakukannya". (HR. Tirmidzi). Semoga upaya menuntun amalan intiqad ini mampu meraih derajat kemulian, dan suksesnya perjuangan.
Langkah Kelima
Menguatkan Persatuan
Oleh : Drs. Andi Hariyadi, M.Pd.I
Ali Imran : 103
(#qßJÅÁtGôã$#ur È@ö7pt¿2 «!$# $YèÏJy_ Ÿwur (#qè%§xÿs? 4 (#rãä.øŒ$#ur |MyJ÷èÏR «!$# öNä3øn=tæ øŒÎ) ÷LäêZä. [ä!#yôãr& y#©9r'sù tû÷üt/ öNä3Î/qè=è% Läêóst7ô¹r'sù ÿ¾ÏmÏFuK÷èÏZÎ/ $ZRºuq÷zÎ) ÷LäêZä.ur 4n?tã $xÿx© ;otøÿãm z`ÏiB Í$¨Z9$# Nä.xs)Rr'sù $pk÷]ÏiB 3 y7Ï9ºxx. ßûÎiüt6ムª!$# öNä3s9 ¾ÏmÏG»tƒ#uä ÷/ä3ª=yès9 tbrßtGöksE ÇÊÉÌÈ
103.  Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk
KH. Mas Mansur telah memberikan kontribusinya pada langkah kelimanya berupa meningkatkan persatuan, sebagai bentuk respon atas kondisi bangsa saat itu dimana persatuan telah tercabik-cabik sehingga umat dan bangsa semakin lemah dan terus berkutat pada berbagai bentuk permusuhan, kecurigaan serta dendam, rasa persaudaraan yang selama ini menjadi pengikat mulai mengendor. Kenyataan ini merupakan bagian dari rekayasa penjajah atas negeri ini agar terus dalam keterpurukan sehingga tidak berdaya dan tidak mampu melakukan perlawan pada penjajah, meski berbagai aset kekayaan negeri yang melimpah dikuasai untuk kepentingan penjajah, sehingga  masyarakat tetap dikondisikan untuk miskin dan bodoh. Sebagai Pengurus Besar Muhammadiyah (Hoofdbestuur Moehammadijah Voorzitter), KH. Mas Mansur tidak ingin keterpurukan ini semakin sempurna, sehingga mendorong khususnya kepada warga Persyarikatan untuk menguatkan persatuan, mempererat persaudaraan, serta menjauhi permusuhan. Dalam tafsir langkah Muhammadiyah disebutkan;”Hendaklah menjadi tujuan kita juga,akan menguatkan persatuan organisasi dan mengokohkan pergaulan persatuan kita serta mempersamakan hak-hak dan memerdekakan lahirnya pikiran-pikiran kita”. Maka upaya menguatkan persatuan merupakan permasalahan yang urgen untuk bisa bangkit serta mewujudkan ide-ide cerdas atas kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
Gagasan KH. Mas Mansur ini masihlah relevan untuk perbaikan atas kondisi bangsa saat ini, meski sudah tidak ada aksi penjajahan kolonialisme Belanda, tetapi saat ini masih berkuasanya arogansi dan kesewenangan, sehingga persatuan yang menjadi harapan bangsa dan falsafah dalam sila Pancasila, berubah menjadi perseteruan. Aksi-aksi kekerasan hingga timbulnya korban jiwa diberbagai sudut negeri ini senantiasa terlintas di media pemberitaan, sepertinya tidak ada jalan lagi untuk dialog dan musyawarah atas permasalahan yang ada, dan tragisnya diselesaikan dengan pertumpahan darah, dan itu bukanlah penyelesaian tetapi justru menimbulkan amarah yang memuncak dan sulit terkendalikan. Permasalahan di Freeport, Mesuji dan Bima, Ambon, Aceh, Riau, serta diberbagai daerah lainnya merupakan indikasi betapa parahnya permasalahan yang ada dan sepertinya ada pembiaran masalah, sehingga memakan korban jiwa dan harta, sehingga kecepatan dan ketepatan mengantisipasi masalah sangatlah diperlukan.
Persatuan yang diharapkan mulai hilang akibat dominasi kesewenangan, persaudaraan dan kasih sayang sebagai sesama saudara terus terkikis oleh arogansi yang lebih mementingkan kelompoknya sendiri tanpa ada lagi peduli pada nasib penderitaan masyarakat yang semakin menyedihkan Sebagai orang yang beriman kita mesti sadar bahwa persatuan dan persaudaraan sangat kita butuhkan untuk perbaikan kehidupan, bahkan Rasulullah Muhammad SAW bersabda:”Tidak dinamakan Mukmin (Iman yang sempurna) salah satu di antaramu, sehingga dapat mencintai saudaranya, seperti cinta sayangnya kepada dirinya sendiri”(HR. Bukhori). Prof. Dr. Yunahar Ilyas, dalam Cakrawala Al Qur’an, menyatakan:”Idealisme sangat berperan sekali untuk memupuk rasa persatuan, di samping kecakapan dan kewibawan pimpinan. Tanpa adanya idealism, persatuan akan mudah dirusak oleh ambisi-ambisi pribadi, yang pada gilirannya kegagalan menunggu di depan kita”.
Ada beberapa upaya untuk menguatkan persatuan, diantaranya 1) Komitmen dengan pemakmuran kehidupan (Hud:61; Al Maidah : 16), 2) Konsisten dengan kebaikan (Hud:117, Al Maidah : 2), 3) Kesesuaian antara ucapan dan perbuatan (Ash-Shaf:2-3),4) Tidak melakukan pengrusakan (Al Qashash : 77), dan 4) bersikap obyektif, cerdas dan bijak (Al Baqarah : 216) Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda : “Apakah tiada lebih baik saya beritahukan tentang sesuatu yang dengan Allah meninggikan bangunan dan mengangkat derajat seseorang? Para Sahabat  menjawab:”Baik Ya Rasulullah”, Lalu Rasulullah bersabda; 1) Engkau berbuat santun kepada orang yang berbat jahil kepadamu, 2) Engkau member maaf kepada orang yang telah berbuat zalim kepadamu, 3) Engkau member kepada orang yang tidak pernah memberikan sesuatu kepadamu, dan 4) Engkau mau bersilaturrohim kepada orang yang telah  memutuskan sialturrohim denganmu” (HR. Thabrani).
 Penguatan persatuan dapat menyingkirkan sifat kekerdilan dan kerendahan, sehingga dengan persatuan akan melahirkan kekuatan dan kekompakan, mengakrabkan persaudaaan jauh dari permusuhan. Beberapa praktek ibadah dalam ajaran Islam senantiasa mengajarkan untuk penguatan persatuan, seperti sholat, puasa, haji dan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa persatuan sangat diperlukan bagi kehidupan kita, dan jika sudah bersatu jangan ada berseteru dengan mengumbar nafsu permusuhan karena akan merugikan kehidupan. Saatnya Warga Muhammadiyah memberikan keteladanan dalam penguatan persatuan dan menyingkirkan permusuhan, meski membutuhkan perjuangan yang berat, persatuan harus terus diperjuangkan.
Langkah Keenam
Menegakkan Keadilan
Oleh : Drs. Andi Hariyadi, M.Pd.I
An Nisa’:135
* $pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. tûüÏBº§qs% ÅÝó¡É)ø9$$Î/ uä!#ypkà­ ¬! öqs9ur #n?tã öNä3Å¡àÿRr& Írr& ÈûøïyÏ9ºuqø9$# tûüÎ/tø%F{$#ur 4 bÎ) ïÆä3tƒ $ÏYxî ÷rr& #ZŽÉ)sù ª!$$sù 4n<÷rr& $yJÍkÍ5 ( Ÿxsù (#qãèÎ7­Fs? #uqolù;$# br& (#qä9Ï÷ès? 4 bÎ)ur (#ÿ¼âqù=s? ÷rr& (#qàÊ̍÷èè? ¨bÎ*sù ©!$# tb%x. $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? #ZŽÎ6yz ÇÊÌÎÈ
135.  Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika iaKaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.
            Implementasi keimanan bukanlah sebatas ritual tetapi harus mampu menjangkau dimensi sosial khususnya dalam upaya penegakan keadilan, kenyataan inilah yang selalu diupayakan oleh KH.  Mas Mansur dalam perbaikan kehidupan ketika masih kuatnya hegemoni penjajah dalam menindas dan menelantarkan kesejahteraan tanpa adanya keadilan, sehingga melalui langkah keenam inilah diharapkan penegakan keadilan harus diperjuangkan, lebih-lebih ketika ibu pertiwi di negeri ini ditindas dan dimiskinkan sehingga tidak berdaya memperjuangkan hak-haknya. Ketidak adilan merupakan produk dari penguasa yang tidak memiliki naruni sehingga anti kemnusiaan dan selalu melakukan tindak kejahatan dan kekejaman.
            Menyandingkan keimanan dan berlaku adil dari ayat di atas semakin menyadarkan kepada kita bahwa  keimanan yang sejati mampu memberikan harapan kepada masyarakat yang selama ini didholimi untuk bisa menghirup udara keadilan, dan ketika keimanan belum mampu menerobos hegemoni ketidak adilan, sejatinya masih jauh dari kesempurnaan, karena iman tidak cukup hanya dengan keyakinan di dalam hati semata, tapi harus dinyatakan dalam lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Prof.Dr. Yunahar Ilyas menegaskan bahwa kekuatan keimanan akan mampu :1) Mematuhi kebenaran, 2) tidak gentar atau terpengaruh menghadapi kekeuatan materi, 3) ikhlas dalam perkataan dan perbuatan, 4) bebas dari perasaan takut dan tamak. Iman yang benar selalu responsive akan permasalahan yang ada disekitarnya untuk segera dicarikan jalan keluarnya, bukannya lari dari permasalahan yang ada, tanpa ada kepedulian.
An Nahl : 90
* ¨bÎ) ©!$# ããBù'tƒ ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGƒÎ)ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztƒur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍x6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏètƒ öNà6¯=yès9 šcr㍩.xs? ÇÒÉÈ
90.  Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
            Perintah berlaku adil merupakan salah satu prioritas dalam kehidupan ini sehingga akan memberikan rasa aman, damai dan sejahtera, namun jika adanya kepincangan dalam keadilan akan menjurus permusuhan, dendam dan kehancuran. Upaya penegakan keadilan membutuhkan perjuangan yang berat karena ada banyak tantangan, lebih-lebih saat ini keadilan telah menjadi barang komoditi murahan yang bisa dijual belikan, karena siapa yang beruang dialah yang menang dan bebas dari berbagai dakwaan, dan parahnya lagi keadilan berlaku tajam dan keras menghunjam pada rakyat bawah, namun tumpul dan tidak berdaya ke atas ketika menyangkut para elit yang bermasalah, bahkan mereka mendapat fasilitas pengamanan yang berlebihan, sehingga keadilan terjebak pada upaya pemenangan dan bebas dari segala tuntutan, dan bukannya didasarkan pada kebenaran yang sesuai dengan data fakta yang ada.
            Penegakan keadilan harus dilakukan percepatan, jika tidak akan menjadi “tsunami” yang memporak porandakan tatanan kehidupan, kelambatan penegakan keadilan saja sudah menyeret pada pusaran yang menghancurkan. Sikap tegas dan tanpa kompromi dalam upaya penegakan keadilan sangatlah diharapkan, namun jika ada rekayasa dalam penegakan keadilan akan menyulut kemarahan dan tindakan anarkhis yang tidak kita inginkan. Dalam tafsir langkah Muhammadiyah ditegaskan, hendaklah keadilan itu dijalankan semestinya, walaupun akan mengenai  badan sendiri, dan ketetapan yang sudah seadil-adilnya itu dibela dan dipertahankan di mana juga. Prof. Dr. Buya Syafi’i Ma’arif dalam kajian senin malam selasa di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah beberapa waktu yang lalu memberikan ilustrasi ketimpangan pendistribusian kekayaan, dimana ketika raja-raja Romawi kuno berkuasa kelipatan kekayaan para Raja sekitar 10.000 kali lipat dari kekayaan rakyatnya, dan ketika 500 orang terkaya di Amerika Serikat saat ini kekayaan sekitar 500.000 kali lipat kekayaan rata-rata rakyat Amerika, sedang di Indonesia dari 500 orang terkayanya perbandingan kekayaannya sekitar 600.000 kali lipat kekayaan rata-rata rakyat Indonesia. Sehingga wajah kemiskinan seringkali menghias diberbagai sudut negeri ini tanpa ada upaya serius mensejahterakannya, kesejahteraan baru diberikan pada para elit dan para wakil rakyatnya sedang rakyat yang telah memilihnya dibiarkan menderita, bahkan ada yang sampai bibirnya dijahit hingga membakar diri agar diperhatikan nasibnya, namun tetap saja mengobral janji manis dari bibirnya yang penuh dusta. Penegakan keadilan adalah kemuliaan sehingga mereka yang memperjuangkannya adalah hamba mulia karena sebagai pencerah peradaban.