Sabtu, 29 Oktober 2011

Khutbah Idul Adha 1432 H

HAJI DAN PENGORBANAN SEJATI
Oleh : Drs. Andi Hariyadi, M.Pd.I
 أكبر الله أكبر الله
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ
Al Baqarah : 197
kptø:$# ֍ßgô©r& ×M»tBqè=÷è¨B 4 `yJsù uÚtsù  ÆÎgŠÏù ¢kptø:$# Ÿxsù y]sùu Ÿwur šXqÝ¡èù Ÿwur tA#yÅ_ Îû Ædkysø9$# 3 $tBur (#qè=yèøÿs? ô`ÏB 9Žöyz çmôJn=÷ètƒ ª!$# 3 (#rߊ¨rts?ur  cÎ*sù uŽöyz ÏŠ#¨9$# 3uqø)­G9$# 4 Èbqà)¨?$#ur Í<'ré'¯»tƒ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÐÈ
197.  (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.
Pada hari ini bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijjah merupakan momentum yang sangat penting untuk pencerahan peradaban, karena prosesi ibadah haji sebagai bentuk meneladani Rasulullah Muhammad SAW dan mengambil hikmah atas pengorbanan yang sempurna Nabi Ibrahim beserta istrinya Hajar dan putranya Ismail As, untuk melakukan pendekatan pada-Nya guna menyingkirkan segala bentuk kemusyrikan hingga meraih kemurnian aqidah, sebagai bekal perjuangan kehidupan. Lebih-lebih ketika kita menyaksikan kondisi kesewenangan tak terkendalikan, arogansi semakin beringas, rasa persaudaraan semakin terlindas oleh keserakahan. Manusia yang seharusnya mampu mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan, ternyata dalam dinamikanya dikuasai nafsu kerendahan untuk menebar permusuhan hingga pembunuhan, dan terus melakukan penindasan hingga kesejahteraan jauh dari harapan.
Beberapa rangkaian prosesi ibadah haji sesungguhnya mampu menyadarkan kita untuk lebih peduli, ketika kesombongan semakin menjadi-jadi. Betapa banyak saudara-saudara kita yang masih terlilit oleh kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan, yang memerlukan pertolongan agar meraih kehidupan yang layak, wawasan ilmu yang luas, serta keadilan yang membahagiakan. Sungguh merupakan bencana peradaban ketika manusia telah kehilangan nilai kemanusiaannya, jati dirinya dipenuhi sifat-sifat kebinatangan yang buas, serakah dan tidak mengenal etika. Kualitas diri manusia yang hina telah terpuruk melebihi sifat kerendahan binatang, nuraninya telah mati yang tak bisa menyadari, akalnya telah tumpul yang tak mampu meraih kebenaran sejati, pandangannya buta yang tak mampu menangkap cahaya kemuliaan, pendengarannya tuli karena tak mampu memahami wahyu Ilahi. Tampilan mereka menjadi manusia yang tak berjiwa dan kehidupannya beraroma bangkai jenazah, sehingga apa yang dilakukan tidak memiliki makna bahkan semakin menyempurnakan kerusakan kehidupan. Ternyata kita masih sering tidak mampu membedakan antara manusia yang berhati mulia dan manusia yang berhati serakah, maka momentum haji inilah akan membukakan tabir yang menyelimutinya.
Urgensi Ritual Haji
Ritual ibadah haji adalah pelajaran yang sangat berharga baik untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat serta peradaban manusia, karena betapa seringnya kita menyaksikan perilaku arogansi menguasai kehidupan ini sehingga nilai-nilai kemanusiaan dihinakan, diinjak-injak oleh nafsu keserakahan, kebodohan dan kesombongan, sehingga citra diri manusia tidak menjadi manusia sejati, tetapi menjadi citra kebinatangan yang tidak mengenal tata aturan. Sifat-sifat kebinatangan inilah yang menjadi biang keladi berbagai kerusakan hingga menyesatkan menuju kegelapan dan kehancuran kehidupan.
Beberapa kegiatan ibadah haji yang mampu mencerahkan kehidupan kita diantaranya, yaitu : 1) Berihrom berupa pakaian putih wujud kesucihan dan kepasrahan hidup ini hanya kepada-Nya, 2) Wuquf di Arofah sebagai puncak Rukun merupakan ketundukan secara totalitas hanya kepada-Nya bukan pada lainnya, 3) Tawaf dengan mengelilingi ka’bah tujuh kali sebagai wujud istiqomah dalam mengarungi perputaran roda kehidupan, 4) Lempar Jumroh, sebagai bentuk ketegasan diri untuk melakukan perlawan dengan segala bentuk sifat syetan yang cenderung kufur, merusak, rendah dan hina serta penuh kemaksiatan, 5) Sa’I yaitu berlari-lari kecil di antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali merupakan upaya percepatan untuk meraih kesempurnaan diri meski dengan pengorban yang begitu besar tetap sabar dan optimis dalam mengarungi dinamika kehidupan, 6), Berqurban, sebagai wujud ketaatan untuk lebih mendekatkan diri kita kepada-Nya sekaligus menjadikan diri sebagai manusia sejati yang jauhdari sifat hina kebinatangan 7) Tahallul, yaitu mencukur / menggunting rambut setelah selesai, merupakan ketulusan/keikhlasan selama melakukan ritual manasik haji.
Ali Imran : 97
ÏmŠÏù 7M»tƒ#uä ×M»uZÉit/ ãP$s)¨B zOŠÏdºtö/Î) ( `tBur ¼ã&s#yzyŠ tb%x. $YYÏB#uä 3 ¬!ur n?tã Ĩ$¨Z9$# kÏm ÏMøt7ø9$# Ç`tB tí$sÜtGó$# Ïmøs9Î) WxÎ6y 4 `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî Ç`tã tûüÏJn=»yèø9$# ÇÒÐÈ
97.  Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah Dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
            Haji yang sempurna akan menjadi haji Mabrur, karena mampu menyadarkan diri secara totalitas untuk berperilaku yang terbaik, menjadi tauladan utama, menjadi orang yang lebih peduli untuk aktif berbagi dengan penuh ketulusan, berhaji bukan untuk mengejar prestise sehingga mengangap diri lebih elite baik secara social maupun ritual tetapi mampu menjadi tauladan dan daya dorong dalam perbaikan social dan aktifitas ritual, konsistensi kesempurnaan diri inilah sehingga Allah SWT menerima persembahan atas berbagai amal kebajikan yang telah dilakukan. Selamat kepada saudara-saudaraku yang telah menyempurnakan Rukun Islamnya dengan berhaji, Ya Tuhanku!, inilah aku, hamba-Mu telah dating, segala panggilan-Mu telah aku sambut dengan segala kerendahan hati. Tidak ada sekutu bagi-Mu, segala puji dan nikmat Engkaulah  yang empurnya dan kekuasaanpun. Tak ada sekutu bagi-Mu.
Ibadah haji merupakan salah satu jenis ibadah yang dilaksanakan oleh seluruh umat Muslim di seluruh dunia. Haji sendiri berasa dari kata hajj, yang artinya mengunjungi sesuatu. Menurut istilah diartikan sebagai: mengunjungi Bait Allah untuk menjalankan ibadah (iqamatan lin nusuk)padawaktuyangsudahditentukan.
Pengorbanan Sejati
            Suksesnya prosesi ibadah haji melibatkan banyak factor, baik yang menyangkut kemampuan fisik dan financial serta kemampuan spiritual, sehingga sangatlah layak jika mereka yang sepulang haji mampu menjadi pribadi yang unggul dan penuh keteladan karena ketaqwaan telah menyatu dalam kehidupan, bukannya menjadi pribadi yang merasa sebagai orang elit yang harus dihormati. Kemabruran hajinya benar-benar terimplementasikan dalam setiap derap kehidupan untuk peduli dan selalu berbagi sebagai wujud pengorbanan sejati.
Al Baqarah : 195
(#qà)ÏÿRr&ur Îû È@Î6y «!$# Ÿwur (#qà)ù=è? ö/ä3ƒÏ÷ƒr'Î/ n<Î) Ïps3è=ök­J9$# ¡ (#þqãZÅ¡ômr&ur ¡ ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÒÎÈ
195.  Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
            Prestasi ibadah haji akan lebih bermakna manakala sepulang dari tanah suci menjadi pribadi yang memiliki kepedulian terhadap problematika kehidupan social, demikian pula ketika kita berqurban ternak lembu atau kambing merupakan bentuk komitmen untuk memberikan yang terbaik kepada saudara-saudara kita yang masih dalam kondisi kemiskinan. Kesadaran ini meneladani Nabi Ibrahim beserta keluarganya yang begitu maksimal dalam berjuang sehingga mendapatkan kemenangan yang besar, juga meneladani Rasulullah Muhammad SAW yang senantiasa dekat dan memberikan solusi atas kaum yang termarginalkan untuk diberdayakan. Dari latarbelakang inilah sejatinya seorang muslim akan senantiasa melakukan pengorbanan yang maksimal untuk memberikan pertolongan sekaligus melakukan pemberdayaan agar mereka bisa merasakan kesejahteraan dan kebahagiaan.
            Pengorbanan sejati tetap dilandasi ke ikhlasan, yang hanya mengarap Ridho-Nya semata bukan untuk mendapat pujian seseorang sehingga dianggap orang yang terhormat. Motivasi yang benar akan mendapatkan balasan yang maksimal.
At Thalaq : 2-3
4 `tBur È,­Gtƒ ©!$# @yèøgs ¼ã&©! %[`tøƒxC ÇËÈ çmø%ãötƒur ô`ÏB ß]øym Ÿw Ü=Å¡tFøts 4 `tBur ö@©.uqtGtƒ n?tã «!$# uqßgsù ÿ¼çmç7ó¡ym 4 ¨bÎ) ©!$# à÷Î=»t/ ¾Ín̍øBr& 4 ôs% Ÿ@yèy_ ª!$# Èe@ä3Ï9 &äóÓx« #Yôs% ÇÌÈ
2.  . barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
3.  Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Melakukan filantropi (kedermawanan) secara maksimal bukan sekedar peduli pada nilai kemanusiaan tetapi lebih jauh dari itu adanya kesadaran teologis untuk menjadi manusia yang unggul baik secara social maupun secara spiritual, sehingga ketika ada kelapangan harta bersegera memberikan bagian haknya orang miskin tersebut. Al Qur’an telah banyak memberikan petunjuk kepada kita tentang tata kelola atas harta yang  kita miliki, diantaranya : kekayaan kita sesungguhnya milik Allah SWT dan dititipkan kepada kita untuk dikelola secara baik (An-Nur:33; Al Anfaal : 28); jangan kikir dan boros dalam menggunakan harta (Al Furqon : 67, Al Isro’ :28); pada harta kita ada hak bagi orang miskin (Al Ma’arij : 24; Adz Dzariyat :19); merupakan kejahatan bila cenderung menumpuk harta tanpa ada kepedulian dan kedermawanan (Al Humazah :2-3, Al Hasyr:7);Kebajikan yang sempurna dengan kepedulian dan kedermawanan (Ali Imron:92) Selanjutnya Imam Ghazali member nasehat: “Jangan berteman yang hanya mau menemanimu ketika kamu sehat atau kaya, karena tipe teman seperti itu sungguh berbahaya sekali bagi kamu dibelakang hari”. Semoga kita menjadi orang yang pertama dan utama dalam melakukan kedermawanan social, sebagai bentuk ketaatan yang sejati pada-Nya.
Akhirnya mari kita bangun kembali komitmen untuk peduli dan berbagi sebagai bentuk pengorbanan sejati, dan semoga kita termasuk menjadi hamba-Nya yang pertama untuk melakukan pengorbanan yang sejati.