Sabtu, 25 Februari 2012

Kejujuran

KEJUJURAN PENCERAH KEHIDUPAN
Oleh : Drs. Andi Hariyadi, M.Pd.I
Jika kita mencoba barang sejenak  untuk merenung, berpikir secara mendalam tanpa dipraktekkan tentang ketidakjujuran, maka terlintaslah perubahan keindahan panorama kehidupan menjadi mengerikan, menakutkan, saling menyerang meski tidak terus terang, saling menjegal teman seperjuangan untuk disingkirkan, mereka akan menerkam berbagai peluang seperti harimau kelaparan untuk kepuasan diri sendiri yang tak peduli membawa korban. Ketidakjujuran berakibat kehidupan berantakan, yang salah diupayakan untuk dimenangkan, dan yang benar diupayakan disalahkan untuk disingkirkan, mereka yang dekat dengan kekuasaan selalu dilindungi dengan berbagai alasan, sedang yang jauh apalagi kritis dengan kebijakan penguasa akan terus dikejar, dan diteror secara terbuka dan  berkepanjangan.
Jalaludin Rummi, seorang penyair sufi pernah mengungkapkan, “ Saudaraku, engkau adalah pikiranmu, bila engkau pikirkan mawar, maka engkau taman bunga. Jika engkau pikirkan api, maka engkau tungku perapian”. Ungkapan ini benar-benar menyadarkan kita tentang potensi dan peluang yang ada padi diri ini, bisakah menjadikan diri bagai taman mawar yang indah dan aroma menyegarkan, sehingga orang sekitar bisa saling menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi etika untuk bisa hidup dengan penuh kaharmonisan, ketulusan, jauh dari kebohongan yang menyakitkan. Ataukah kita bagai api yang selalu membara karena tungku perapian telah menghunjam dalam diri untuk terus membakar disekelilingnya dengan penuh nafsu serakah, dendam yang sejatinya penuh kehinaan.
Kejujuran Rasulullah Muhammad SAW, sebagai suri tauladan kita, sangat mengagumkan baik kawan maupun lawan, sehingga Abu Jahal sebagai pemimpin yang sangat keras perlawanannya terhadap Rasulullah, menyatakan, “ sesungguhnya kami tidak mendustaimu, tetapi kami mendustai ajaran yang kamu bawa”. Tokoh utama sekaliber Abu Jahal saja mengagumi kepribadian kejujuran Rasulullah, meski tidak setuju dengan ajarannya, sehingga jelas sekali bahwa kejujuran itu mulia, karena akan mampu memberikan pencerahan kehidupan, dari kondisi hina menjadi mulia, dari kondisi rakus menjadi penderma, dari kondisi jahat dan penuh permusuhan menjadi aman penuh persaudaraan. Salah satu sifat Rasulullah yang utama adalah Ash Shiddiq atau jujur, yang sudah tumbuh sejak masa kanak-kanak hingga diusia dewasanya, bahkan selama hidupnya kejujuran menjadi modal utamanya sehingga pantaslah menjadi suritauladan bagi kehidupan kita. Ketika Rasulullah wafat para Sahabat berduka, dan datanglah seorang dari suku Badui yang selalu menanyakan kehebatan Rasulullah itu kepada para Sahabat, ternyata diketahui kejujuran Rasulullah sangat luar biasa. Kejujuran pada diri sendiri, umat dan Kholiq-Nya inilah yang mampu mengantarkan kesuksesan hidupnya dalam mengemban amanah mensyiarkan ajaran Islam di tengah-tengah dominasi runtuhnya moral, pola hidup brutal dan liar, sehingga kejahiliyaan tercerahkan menjadi beradab, agar bisa hidup yang harmonis,  keteladanan hidup Rasulullah mampu menjadi penerang menuju kemuliaan.
Keteladanan kejujuran Rasulullah SAW, saat ini bagai diterjang tsunami kebohongan yang secara liar dan brutal terus merusak dan menenggelamkan serta menghanyutkan pondasi kejujuran hingga bangunan kemuliaan luluh lantak berantakan diterjang tsunami kebohongan. Fenomena mudahnya melakukan ketidakjujuran telah menjadi trade mark disebagian masyarakat dari kelas akar rumput hingga para elite yang terus berpesta dengan kebohongan demi pemuasan gengsi dan nafsu serakahnya. Siami sadar ketika putranya dijadikan obyek dan media menyontek masal di SDN Gadel Tandes Surabaya demi gengsi agar ujian nasional bisa lulus, meski mendapat perlawanan, teror dan berbagai hujatan dari para tetangganya, nurani Siami dan Aam putranya tetap tegar, sehingga pantaslah menjadi “pahlawan kejujuran”. Kita harus banyak belajar dari peristiwa ini, meski dari sosok Siami dan Aam, namun memiliki “berlian” kejujuran yang selama ini kejujuran selalu terpendam dalam lumpur kesombongan, sehingga kejujuran harus dikalahkan.
Malu rasanya ketika berbagai kasus korupsi dan penyuapan untuk suksesnya karier demi meraup keuntungan yang menggiurkan hingga Negara dirugikan trilyuan rupiah terus saja diamankan, dilindungi, ditutupi sehingga semakin meyakinkan adanya konspirasi jahat di negeri ini. Apa jadinya negeri ini jika para pemimpin dan penguasanya sangat leluasa mengatur dan menutupi kebohongan, berbagai prosedur yang semestinya dijalankan namun begitu mudah untuk dilanggar, karena orientasinya menggunakan strategi “Aji Mumpung”, dimana kesempatan berkuasa inilah saat yang tepat untuk melakukan aksi jahatnya yang direkayasa sedemikian rupa  demi memuluskan penggarongannya. Negara benar-benar ringkih menghadapi kenyataan ini, karena Negara dianggap milik dirinya, dan dirinyalah yang berkuasa atas negeri ini, sehingga meski melakukan kebohongan itu adalah bagian dari kebijakan, sungguh ironis dan ngeri sekali kehidupan ini.
Semangat membangun kejujuran sangat diharapkan untuk melepaskan dari berbagai keterpurukan dan kehinaan, karena kejujuran bagai pelita yang menerangi kegelapan kebohongan, kejujuran sebagai energy kehidupan untuk menguatkan nurani sehingga mampu melucuti berbagai kehinaan yang memalukan. Hidup ini membutuhkan kejujuran karena ketika bekerja akan dilakukan secara transparan, procedural dan professional; ketika dia berkarya akan menampilkan karya yang membanggakan dan mengagumkan; ketika dia mengemban amanah dilakukan secara bijaksana penuh tanggung jawab. Hidup yang bersinergi dengan kejujuran akan menjadikan hidup ini bermakna, karena memang hidup ini bukan untuk main-mainan atau kesia-siaan (QS:23:115), tetapi hidup ini untuk mengemban misi kemanusiaan dan kemuliaan. Meski manusia diberikan kebebasan untuk memilih tetapi dia tidak sepenuhnya menguasai jalan hidupnya sendiri, dibutuhkan wahyu dan petunjuk-Nya sehingga dia bermoral dan bermartabat, manusia mencapai kesucian moral membutuhkan bantuan-Nya, sehingga dari kesadaran inilah manusia akan komitmen dengan kejujuran meski beresiko dan penuh tantangan tidak menyurutkan menjadikan taman bunga kehidupan untuk menebarkan aroma kejujuran. Kejujuran baginya adalah modal untuk meraih kemuliaan, sehingga kejujuran harus dipertahankan, karena kejujuran pencerah kehidupan.Jadikan diri ini yang pertama untuk komitmen dengan kejujuran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar