Sabtu, 25 Februari 2012

Kemuhammadiyaan

PERAN KEPELOPORAN MUHAMMADIYAH
Oleh : Drs. Andi Hariyadi M.Pd.I
Fathir (35) : 24
!$¯RÎ) y7»oYù=yör& Èd,ptø:$$Î/ #ZŽÏ±o0 #\ƒÉtRur 4 bÎ)ur ô`ÏiB >p¨Bé& žwÎ) Ÿxyz $pkŽÏù ֍ƒÉtR ÇËÍÈ
24.  Sesungguhnya kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. dan tidak ada suatu umatpun melainkan Telah ada padanya seorang pemberi peringatan.
            Pada 8 Dzulhijjah 1330 H  yang bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 M, di Yogjakarta, beberti menurut kalender Hijriyah sudah 102 tahun atau 99 tahun menurut kalender masehi, dimana  KH. Ahmad Dahlan dengan segala keterbatasannya yang mewarnai kehidupan bangsa yang masih terjajah namun mampu menunjukkan kepeloporan yang maksimal untuk perbaikan bangsa dengan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai sarana dakwah Islam yang berkemajuan. KH. Ahmad Dahlan begitu tergugah melihat realita kehidupan masyarakat khususnya dalam menjalankan ritual agama Islamnya yang tidak murni lagi bahkan didominasi  oleh kemusyrikan sehingga semakin jauh dari kebenaaran, sedang disisi social kemasyarakatan diwarnai kemiskinan yang sangat parah, diskriminasi yang semakin tidak berdaya, kebodohan yang semakin mencelakakan dan ketidak adilan yang semakin semena-mena. Meski dakwahnya penuh dengan perlawanan dan hinaan tidak menghalangi untuk melakukan peran kepeloporan, karena jika tidak segera dilakukan akan semakin memperparah ketelantaran dan buramnya cahaya Islam dimasyarakat. Berbagai cacian disikapi dengan keteladanan dalam beramal yang berdampak langsung bagi kehidupan masyarakat, sehingga banyak perubahan, mereka yang terlantar disantuni, mereka yang arogan dilakukan dialog yang mengagumkan, sehingga yang semula lawan akhirnya menjadi kawan seperjuangan dalam wadah Persyarikatan Muhammadiyah.
            Peran kepeloporan ini sehingga Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden nomor 657 tanggal 27 Desember Tahun 196, menganugerahkan KH. Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional atas kiprah monumentalnya dalam hal 1) Pelopor kebangunan umat Islam Indonesia untuk menyadari nasibnya sebagi bangsa yang terjajah, 2) Organisasi Muhammadiyah yang didirikannya telah memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya, 3) Organisasi Muhammadiyah telah memelopori amal usaha social dan pendidikan yang amat diperlukan  bangsa, 4) Organisasi Muhammadiyah bagian wanita atau Aisyiyah telah memelopori kebangunan wanita bangsa Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi social, setingkat dengan kaum pria. Dan atas perjuangan Nyai Walidah sehingga beliau juga diangkat sebagai Pahlawan Nasional karena peran kepeloporan dalam memberdayakan wanita.
Al Anbiya (21) : 107
!$tBur š»oYù=yör& žwÎ) ZptHôqy šúüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÊÉÐÈ
Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
            Berbagai prestasi monumental yang telah ada, tidaklah akan bermakna manakala tidak adanya konsistensi untuk terus melakukan kepeloporan dalam membawa misi dakwah Islam, lebih-lebih saat ini kondisi kehidupan masyarakat miskin yang terlantar semakin kolosal, kebodohan yang semakin membutakan atas kebenaran sehingga bertindak anarkhis yang diyakini sebagai misi suci dari keyakinannya, kesewenangan dan ketidakadilan begitu kuat sehingga menghancurkan berbagai potensi alam yang ada untuk kesejahteraan pribadi dan kroninya yang tak peduli atas penderitaan yang ada disekelilingnya. Peran kepeloporan Muhammadiyah saat ini sangat dibutuhkan, bukannya terjebak pada romantisme monumental sehingga cenderung egoistic yang tak mampu menangkap berbagai peluang yang ada untuk perbaikan kehidupan bangsa. Diusia yang sudah lebih dari 100 tahun ini seharusnya semakin menyadarkan dan mendewasakan para aktivisnya untuk aktif memberikan solusi atas berbagai problem keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan. Berbagai amal usahanya seharusnya mampu menjadi ladang untuk pemberdayaan dan pencerahan bagi masyarakat yang selama ini terpinggirkan, terlantarkan dan tertindas oleh berbagai tindak kekerasan yang aroga. Para pimpinannya seharusnya menjadi agen dan ujung tombak perubahan yang didasari sifat amanah dan keikhlasan, untuk maksimal beramal soleh.
            Upaya untuk komitmen dengan peran kepeloporan ini membutuhkan beberapa hal, diantaranya:  Pertama. Senantiasa mengkaji dan memahami ajaran agama Islam secara utuh, sehingga ketika ada upaya kepeloporan tetap membawa misi dakwah Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin.   Kedua. Aktif melakukan kepedulian secara terprogram  dengan target dan sasaran yang jelas, sehingga keberadaan Muhammadiyah benar-benar terasakan Ketiga. Memaksimalkan koordinasi dan sinergi untuk memperluas kerja jaringan agar peran kepeloporan Muhammadiyah mampu mengatasi atas problematika yang ada, bukannya sebagai penonton atas problematika yang ada sehingga mudah kecewa. Keempat. Peran kepeloporan membutuhkan keteladanan dalam berkurban, bukannya diwacanakan saja sehingga tak terwujudkan harapan. Kepeloporan ini akan stagnan dan mandul manakala terjebak oleh hal-hal yang tidak produktif dalam mengembangkan amal soleh, baik dalam bentuk ambisi pribadi hingga  rebutan jabatan, dan berakibat wajah dakwah Islam penuh dengan dendam. Keberadaan Muhammadiyah yang hingga saat ini tetap eksis karena adanya sumberdaya manusia yang mampu memerankan kepeloporan disegala bidang kehidupan dengan penuh keikhlasan. Kepeloporan Muhammadiyah dalam kehidupan beragama dan kemasyarakatan adalah buah dari jiwa dan keyakinan yang sehat dalam bingkai dua kalimat sahadat. Jadikan diri ini untuk mampu secara maksimal menjadi pelopor dalam dakwah Islam melalui Persyarikatan Muhammadiyah. Semoga Allah SWT meridhoinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar