Sabtu, 24 Maret 2012


Kisah Hidup Sang Predator

Oleh :
Drs  Andi Hariyadi, MPdI
Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Surabaya, Wakil Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya

Predator dalam dunia binatang merujuk pada  binatang buas, pemburu dan pemangsa daging termasuk memangsa manusia, sehingga keberadaannya sangat menakutkan. Tulisan ini mengambil pelajaran dari sifat-sifat kebuasan binatang tersebut yang tercermin dalam perilaku manusia, sehingga keberadaannyapun sangat merusak tatanan kehidupan.
Ketika awal reformasi kita mempunyai kesamaan pandang untuk menghancurkan berbagai bentuk yang bertema KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Dan sudah sepuluh tahun lebih tema ini semakin menjadi-jadi. Kondisi ini  bagaikan hidup di tengah padang hutan belantara yang dihuni para predator, yang kuat akan memburu dan membunuh, dan yang lemah akan dimangsa dan terus dibatasi ruang geraknya.

Gaya  Kehidupan Predator
Kehidupan kita bukan lagi di hutan belantara, tetapi berada dibalik gedung-gedung megah dan ternyata di dalamnya ada keliaran, kebrutalan yang sangat mengerikan melebihi keliaran para binatang predator yang hanya mengkonsumsi secukupnya saja. Sedang para penghuni gedung megah itu bergaya hidup mewah dan bahkan berlebih-lebihan. Ironisnya, itu diperoleh melalui aksi-aksi keliaran yang berupa penyuapan, penggelapan dan pengelembungan anggaran, dari berbagai proyek-proyek kemanusiaan yang dikelola oleh para predator untuk memperkaya diri sendiri dan koleganya.
Bergelimang kemewahan adalah gaya hidupnya, karena merasa mendapat dari hasil penjarahan secara mudah dan maksimal serta  masih terbuka peluang yang sangat lebar, sehingga berbagai pesta digelar, mengoleksi berbagai barang yang bernilai tinggi, untuk menyempurnakan gaya hidup jetsetnya. Kekayaannya dihambur-hamburkan untuk melicinkan pencapaian target yang diinginkan, sehingga pantas untuk dimiskinkan agar merasakan penderitaan rakyat yang telah ditelantarkan.
Ada banyak nama Sang Predator yang terus bertengger diberbagai pemberitaan karena sedang menjalani pemeriksaan. Semula mereka malu-malu menyembunyikan mukanya tetapi selanjutnya seperti berbangga karena tetap tidak merasa bersalah, meski ada fakta-fakta yang mendukung keliarannya. Kadangkala berkelit dengan alasan sakit, atau sudah lupa dan sebagainya, sebagai upaya menghindar dari pemeriksaan, dan semoga saja bukan upaya untuk melakukan negoisasi-negoisasi untuk mengatur jalannya sidang pemeriksaan, karena mereka sangat lihai mengintai atas berbagai peluang yang ada untuk bisa dimainkan dengan tawaran-tawaran yang menggiurkan.
Gaya kehidupan Sang Predator ini sangat aneh, sepertinya mereka bermusuhan dengan perdebatan yang panjang dan saling menjatuhkan, tetapi ternyata bisa bermesraan untuk berbagi hasil penjarahan, sepertinya sesama predator dilarang saling mendahului, tetapi bisa berbagi atas mangsa yang telah tersajikan. Pola kerja mereka telah tersistem ada yang bertindak pemburu sekaligus merayu, ada pula yang bergaya bijak penuh keadilan tetapi sejatinya sangat berharap menikmati hasil penjarahannya, ada yang bergaya sejuk, santun dan familier, tetapi ditangannya sudah ada kuku-kuku tajam, demikian dimulutnya sudah ada taring tajam untuk melumatkan mangsa yang berupa mega proyek sosial dan kemanusiaan ataupun transaksi-transaki untuk memuluskan sepakterjangnya agar bisa bersama melumatkan mangsa yang ada. Kebrutalannya dikemas cantik dan menawan seperti Singa yang berjalan tanpa suara, seperti Buaya yang diam seakan  tertidur, padahal di otaknya sudah menyimpan berbagai skenario untuk suksesnya berbagai aksi kejahatan.

Peluang Tersajikan
Gerakan Sang Predator semakin menyeramkan meski sudah ada berbagai lembaga Negara yang bertugas untuk mencegah, mengusut dan menindak  aksi jahatnya, namun mereka sangat pandai membaca peluang yang ada, menghitung dengan kalkulasi yang sistematik  terkait resiko dan perolehannya, sehingga peluang yang tersajikan mampu dilahapnya. Bukannya mereka tidak tahu aturan / hukum yang ada, mereka sangat faham akan hal itu, sehingga dari celah-celah yang ada itulah mereka melancarkan aksinya.
Berbagai celah yang ada bisa berbentuk produk perundang-undangan, dan yang lebih menguatkan keyakinannya karena mereka memiliki Bos Predator yang dianggap memiliki pengaruh yang luar biasa, yang bisa menjadikan hitam atau putihnya fakta yang ada, sehingga keliarannya semakin tak terkendalikan untuk terus memburu mangsa yang telah tersajikan.
Potensi kekayaan negeri sangatlah menggiurkan, sehingga dalam otak dan hatinya berkecamuk  antara mengelola atau menjarah, atau keduanya dengan mengelola sambil dijarah, dan ternyata yang lebih dominan adalah menjarah. Inilah keputusan yang sangat tidak rasional, karena ketika rakyat yang terus menderita dengan kemiskinan yang seharusnya ada kebijakan yang mampu mensejahterakannya ternyata mereka bergelimang dengan harta yang mewah. Jangankan hidup di rumah yang mapan, karena mereka masih hidup dalam kesederhanaan yang memprihatinkan, jangankan makan dengan menu yang menyehatkan, karena mereka makan dengan menu asal kenyang, sedang para predator yang buas dan kejam tinggal di rumah mewah dengan pagar kuat tertutp rapat, pola makan dan perabot rumahnya berkualitas tinggi, sebagai symbol orang terhormat pada hal suka menjilat dan memperalat serta menyikat. Kehormatannya diukur pada materi sedang perilakunya liar dan arogan, bagai Singa yang siap menerkam, bagai Buaya yang siap menelan, bagai ular Kobra yang siap menyengat untuk dilumatkan. Mereka sering disebut sebagai orang-orang terhormat dan itu menjadi kebanggaannya, namun karya dan kepeduliannya  tidak sebanding dengan penghormatan yang telah disandang.

Wajah Keprihatinan
Simpang siurnya angka kemiskinan, dimana satu pihak menyatakan angka kemiskinan telah turun dan dipihak lain menyakan masih tetap tinggi, sehingga polemik angka kemiskinan telah menjadi ajang politis untuk menyatakan klaim-klaimnya. Terlepas dari itu semua sesungguhnya kita dihadapkan pada kondisi yang memprihatinkan dimana ada keliaran para predator yang menduduki jabatan strategis partai politik, memanipulasi nilai pajak hingga ada rekening gendut dengan angka fantastis bernilai puluhan milyar rupiah dan itulah bagian dari aksi brutalnya terus memburu dan memangsa, dan disisi lain ada keresahan yang menakutkan karena hak-hak untuk mendapatkan keadilan, kesejahteraan dan keamanan terkesan terabaikan. Rakyat yang telah memiliki wakilnya, ternyata dijadikan alat dukungan saja, sedang para pengayom yang seharusnya mampu memberikan keteladanan ternyata sungguh memalukan.
Keprihatinan kita terhadap ulah para predator semakin kuat, ketika terungkapnya berbagai kasus yang ada, dan bisa jadi masih banyak kasus-kasus lainnya, seperti penyelewengan kewenangan, penyalah gunaan kekuasaan, penindasan atas upaya meraih keadilan dan kesejahteraan. Rasa keadilan yang seharusnya bisa diwujudkan ternyata masih sering berwajah mengerikan, akibat sangat kuatnya pengaruh Sang Predator dalam pentas kehidupan ini.
Maraknya korupsi yang semakin menjadi-jadi  merupakan cerminan betapa bringasnya mental keserakahan, meski berbagai fasilitas sudah diberikan namun masih merasa kurang dan meminta berlebihan. Diantaranya penerimaan pajak yang seharusnya untuk kesejahteraan rakyat telah dijadikan ajang "bancaan" oleh para oknum yang   mirip predator, karena akan mematikan kesejahteraan rakyat. Penggelembungan anggaran dengan aksi penyuapan sebagai upaya merebut lahan buruan untuk arena suksesnya kebrutalan predator.
Ada banyak keprihatinan yang seharus menjadi perhatian kita semua, baik yang berupa penyelewenangan, kesewenangan, ketidak adilan, kebohongan hingga terjadinya pengrusakan yang bersifat sistematis, akibatnya apa yang dilakukan dianggapnya baik dan benar padahal jauh dari upaya perbaikan untuk mewujudkan kesejahteraan. Sudah terlalu banyak janji-janji manis yang diungkapkan, tetapi janji tinggallah janji, sehingga penderitaan masih kuat terasakan. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar