Sabtu, 31 Maret 2012

KEBOHONGAN SEJATI

Oleh : Drs. Andi Hariyadi, M.Pd.I
Bohong secara umum diartikan sebagai menyatakan sesuatu tidak ada dasar realitanya, menyatakan A padahal B, dan lain sebangainya sehingga apapun bentuk kebohongan dan siapapun yang melakukan kebohongan sesungguhnya semakin menempatkan posisinya sebagai pembohong besar, mereka bisa saja mengelak atas perilakunya namun sejatinya ketika dia berbuat bohong saat itulah hatinya menentang untuk melawan sifat kerendahan, begitu kuatnya hawa nafsu hinanya itu sehingga lancarlah berbagai penipuan yang dilakukan. Dampak kebohongan jelas merugikan baik diri sendiri meski tidak dirasakan maupun terhadap orang lain yang langsung merasakan tipu muslihatnya (QS An-Nuur 14) dan kalau bukan karena karunia dan rahmat-Nya azab yang besar akan ditimpakan karena kebohongan.
Kebohongan begitu mudah dilakukan, indah diucapkan, penampilan yang meyakinkan, dan kebohongan seringkali bersinergi dengan berbagai bentuk aktivitas kehidupan, sehingga menjadi bagian dari fakta social, mulai dari masyarakat awam hingga elite pimpinan kebohongan senantiasa tertampilkan dalam berbagai dinamika kehidupan.
Ada banyak pengertian terkait perilaku kebohongan, diantaranya pertama. Munafik,  bukan sekedar menipu saja tetapi memiliki sesuatu yang dipendam untuk keuntungan diri sendiri dan merugikan orang lain, bermuka dua dimana manis penampilannya dan jahat dendamnya, hatinya sakit parah, jiwa tidak sehat, penuh kepura-puraan,  sehingga tidak mampu menangkap kebenaran. (QS 4:42). Kemunafikan karena merasa diri yang terbaik, suci dan harus dihormati bahkan kebijakanyapun harus diakui sebagai kebenaran dan kesuksesan meski faktanya sangat bertentangan, dan akibat dari perbuatannya adalah kerusakan, nilai – nilai moral dan hukum bukan sebagai pijakan,  yang ada adalah kepuasan untuk misi jahatnya. Kedua. Melakukan fitnah, dengan menebar kejelekan dan merendahkan peran seseorang dan mengunggulkan perannya agar diakui, disetujui, didukung dan bahkan diperjuangkan. Memfitnah benar-benar kejam karena tidak ada ruang sedikitpun penghargaan terhadap seseorang yang telah berprestasi, iri dan dengki benar-benar menguasai alam pikiran dan hatinya serta kinerjanya, sebaik apapun karya seseorang dianggap murahan, padahal jika dirinya sendiri melakukan tidaklah mampu dengan prestasi yang gemilang. Ketiga. Memutar balikkan fakta sebenarnya, suatu peristiwa yang telah dan akan  terjadi ternyata bisa direkayasa sedemikian rupa sehingga berbeda dengan fakta sebenarnya, keadaan seperti ini sering kita jumpai sehingga fakta dan data yang ada dihilangkan, dibuat scenario baru untuk menyembunyikan pemeran utamanya, pemalsuannya begitu sempurna untuk mengelabui.  Keempat. Penipuan, sebagai bentuk kesengajaan untuk mengalihkan perhatian dengan menipu demi mengamankan aksi jahatnya sehingga terbebas dari jeratan hukum yang ada, atau juga tidak menepati janjinya yang selama dikampanyekannya, dan kelima. Penghancuran, sebagai tujuan utamanya dimana data telah berubah, fakta tidak sesuai realita, sehingga menghancurkan mekanisme yang ada untuk disesuaikan dengan ambisi kejahatannya.
Bentuk kebohongan bisa terhadap dirinya sendiri sehingga nurani melawannya meski akhirnya tidak berdaya, bisa terhadap keluarga sendiri sehingga suasana keluarga saling mencurigai, pudarnya kepercayaan dalam keluarga karena terbongkar kedok jahatnya, hubungan antar anggota keluarga tidak harmonis, dan kebohongan terhadap keluarga bisa berakibat fatal diantaranya berupa perpecahan dalam keluarga, serta kebohongan terhadap public yang dilakukan oleh para elite dan dampak kerusakannya semakin meluas.
Gerakan lawan kebohongan yang  akhir-akhir ini disuarakan lantang oleh para tokoh agama merupakan bentuk kepedulian terhadap perjalanan dan nasib bangsa ke depan agar lebih baik dan berkeadilan, jangan jadikan rakyat sebagai korban kejahatan kebohongan, mereka sudah tidak berdaya atas beban penderitaan yang ada. Jangan jadikan rakyat sebagai kelinci percobaan untuk aksi kebohongan, karena kebohongan kebijakan akan semakin menyempurkan kehancuran kehidupan.
Ketika berbohong sejatinya telah melupakan Allah SWT dan akan menimbulkan kegelisahan yang luar biasa, dimana tutur katanya seperti mengigau, capaian kinerjanya  berdasarkan bisikan kroninya saja dan itu selalu dibanggakan, maka segeralah kita mengingat-Nya sehingga hati ini menjadi tentram dengan mengingat-Nya (QS 13:28), dengan mengingat-Nya akan mendorong diri ini melakukan yang sebenarnya, nilai kejujuran akan ditegakkan meski terasa berat dalam pelaksanaan tidak menghalangi untuk senantiasa jujur.
Pribadi yang unggul akan mampu menampilkan perilaku yang mulia, jujur, cerdas dan bertanggung  jawab karena tidak terbebani oleh dusta yang merupakan sifat kerendahan, ternyata penyakit dusta dan kebohongan ini mudah berulang untuk melakukan dusta dan kebohongan berikutnya guna menutupi dan merekayasa dusta dn kebohongan sebelumnya, dan seluruh hidupnya terbelenggu dengan kedustaaan dan kebohongan hingga akhir hayatnya. Pribadi yang rapuh sesungguhnya sangat rentan melakukan kebohongan dan untuk melancarkan suksesnya kebohongan itu dia rela melakukan penyuapan dengan mengeluarkan biaya yang sangat besar. Inilah kebodohan sejati karena mampu merekayasa kejahatan, kesombongan, dan kebohongan menjadi sesuatu yang nampaknya indah. Semoga kita selalu konsisten untuk melakukan kejujuran dan menghancurkan kebohongan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar