Sabtu, 31 Maret 2012

Gerakan Pencerahan dan Perkaderan

MUHAMMADIYAH GERAKAN PENCERAHAN
DAN PERKADERAN
Oleh : Andi Hariyadi
A.    KONDISI AWAL MASYARAKAT
1.    Kemiskinan
2.    Kebodohan
3.    Ketertindasan
4.    Ketidak Adilan
5.    Rendahnya Kepedulian
6.    Mudah diadu domba
7.    Rendahnya Kepedulian
8.    Sinkritisme dalam Keberagamaan

B.    KEMAMPUAN PRIBADI KH. AKHMAD DAHLAN
1.    Paham Agama Islam yang Utuh (Aqidah,Ibadah, Akhlaq)
2.    Menggunakan dasar dari sumber otentik
3.    Pendakwah yang tangguh dan tidak mudah putus asa
4.    Konsisten dalam Perjuangan Dakwah Islam
5.    Rela berkurban
6.    Pelopor Perubahan Kebaikan
7.    Pemimpin yang penuh tauladan
8.    Luas Jaringan Pergaulan
9.    Aktif melakukan Pembaharuan Sosial dan Keagamaan



C.    SIFAT GERAKAN MUHAMMADIYAH
1.    Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar
2.    Kultural yg lebih menekankan pengembangan SDM
3.    Gerakan Purifikasi dan Reformasi

D.   PENGERTIAN IDIOLOGI
Merupakan system paham seseorang atau sekelompok orang yang mengandung konsep, cara berpikir, dan cita-cita perjuangan mengenai kehidupan

E.     DASAR IDEOLOGIS MUHAMMADIYAH
1.    Wawasan Keagamaan yang luas
2.    Menerima Perubahan dan sifat kemoderenan

F.     PENTINGNYA IDIOLOGI GERAKAN
1.    Arah dan penjelasan mengenai system paham kehidupan
2.    Untuk mengikat kesadaran kolektif dalam menghadapi
3.    Untuk membentuk karakter
4.    Untuk menyusun strategi dan langkah-langkah perjuangan
5.    Untuk Mengorganisasikan dan memobilisasi anggota

G.   PROBLEM KRISIS IDIOLOGI MUHAMMADIYAH
1.    Kurangnya komitmen atau fanatisme dalam membela kepentingan Persyarikatan
2.    Lebih membela atau malah aktif di organisasi lain yang dianggap lebih baik
3.    Membentuk yayasan / kerajaan kecil di berbagai amal usaha Muhammadiyah
4.    Rendahnya komitmen ber-Muhammadiyah dalam AUM

H.   FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KRISIS IDIOLOGI
1.    Kurangnya rasa memiliki Muhammadiyah
2.    Terlalu toleran terhadap paham dan organisasi lain
3.    Tidak difahaminya idiologi Muhammadiyah
4.    Lebih menggunakan konsep gerakan lain yg dianggap baik

I.       KOMITMEN WARGA MUHAMMADIYAH
1.    Komitmen terhadap Islam, Gerakan dan Amal Usaha
2.    Islam yang berkemajuan
3.    Ketaatan pada semua aturan dalam melaksanakan misi dan tujuan gerakan

J.      SEKILAS MACAM-MACAM GERAKAN ISLAM
1.    Gerakan Tarbiyah
2.    Gerakan HTI
3.    Gerakan Salafi
4.    Gerakan Jama’ah Tabligh
5.    Gerakan Mujahidin
6.    Gerakan bawah tanah

K.    KARAKTER GERAKAN MUHAMMADIYAH
1.    Dakwah Islam
2.    Amar Ma’ruf Nahi Munkar
3.    Tajdid ( Pemurnian/Purifikasi dan Dinamisasi)
4.    Gerakan Jama’ah
5.    Aktif Melakukan Pembaharuan

L.     WUJUD GERAKAN MUHAMMADIYAH
1.    Pembinaan Jama’ah
2.    Pembentukan Amal Usaha Muhammadiyah
3.    Aktif dalam peran serta kemasyarakatan
4.    Kaderisasi secara maksimal

M. TUJUAN MUHAMMADIYAH
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya

N.   UPAYA GERAKAN PENCERAHAN
Kuntowijoyo : “ Muhammadiyah sebagai gerakan yang mempelopori pembaharuan Islam awal abad ke 20 merupakan idiologi baru, yang mampu menghadirkan perubahan social dari masyarakat desa ke masyarakat kota, dari masyarakat agraris ke masyarakat industry, dan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern.

O.   TANTANGAN GERAKAN
1.    Budaya Konsumtif
2.    Budaya Sekuler
3.    Budaya Anarkhis (Fisik atau non fisik)
4.    Runtuhnya Moralitas
5.    Pemahaman Keagamaan yang sempit / ekslusif

P.    PERAN GERAKAN KEDEPAN
1.    Bertanggungjawab kebangsaan dan kemanusiaan
2.    Pembaharuan pemikiran yang lebih komprehensif dan sistemati
3.    Pembaharuan Amal Usaha Muhammadiyah, sebagai institusi pembebasan dan pemberdayaan
4.    Peran Kebangsaan

Q.   KADER DAN MASA DEPAN PERSYARIKATAN

Rencana strategis program nasional bidang kaderisasi—Tanfidz Keputusan Muktamar ke-45—menyatakan:   “Membangun kekuatan dan kualitas pelaku gerakan serta peran dan ideologi gerakan Muhammadiyah dengan mengoptimalkan sistem kaderisasi yang menyeluruh dan berorientasi ke masa depan.” Ada tiga kata kunci dalam rencana strategis tersebut: pelaku gerakan; ideologi gerakan Muhammadiyah; dan sistem kaderisasi. Khusus yang diistilahkan dengan  ”pelaku gerakan” cakupan subjeknya terdiri dari: pemimpin, kader, dan anggota/warga Persyarikatan.

Kader dan Fungsi Kader

Kader (Perancis: cadre) atau les cadres maksudnya adalah  staf inti yang menjadi bagian terpilih, dalam lingkup dan lingkungan pimpinan serta mendampingi di sekitar kepemimpinan. Mereka tergolong orang-orang yang terbaik karena terlatih. Kader bisa berarti pula sebagai jantung suatu organisasi. Jika kader dalam suatu kepemimpinan lemah, maka seluruh kekuatan kepemimpinan juga akan lemah. Kader berarti pula pasukan inti. Daya juang pasukan inti ini sangat tergantung dari nilai kadernya yang merupakan tulang punggung, pusat semangat dan wawasan masa depannya. Jadi, jelas bahwa orang-orang yang berkualitas itulah yang terpilih dan berpengalaman dalam berorganisasi,  taat asas dan berinisiatif, yang dapat disebut sebagai kader.

Fungsi dan kedudukan kader dalam suatu organisasi, termasuk di Persyarikatan, menjadi sangat penting karena kader dapat dikatakan sebagai inti pergerakan organisasi. Di samping itu, kader juga merupakan syarat penting bagi berlangsungnya regenerasi kepemimpinan. Bagi sebuah organisasi, regenerasi kepemimpinan akan sehat karena ditopang oleh keberadaan kader-kader yang berkualitas, selain akan menjadikan organisasi bergerak dinamis, juga formasi kepemimpinannya akan segar dan energik.

Muhammadiyah sebagai contoh merupakan organisasi masyarakat yang harus mampu menyiapkan kader yang dinamis, energik, dan yang lebih utama berakhlak mulia (akhlakul karimah) serta memiliki daya saing. Untuk mempersiapkan kader-kader yang diinginkan diperlukan sebuah wadah, yaitu semacam perkaderan. Di dalam Muhammadiyah dikenal istilah Sistem Perkaderan Muhammadiyah (SPM). SPM ini merupakan hasil revisi atau tinjauan ulang sistem perkaderan yang dimiliki Muhammadiyah sebelumnya tepatnya pada Muktamar ke 45 di Malang. Dalam Muktamar ke-46 mendatang di Yogyakarta, Muhammadiyah perlu kembali mengevaluasi efektivitas sistem perkaderan yang selama ini menjadi pedoman untuk menghasilkan kader-kader persyarikatan yang handal.

R.    SISTEM PENGKADERAN

Perkaderan merupakan program  yang terencana, terarah, terus-menerus, dan terangkai dalam satu kesatuan yang terpadu dalam mempersiapkan anggota dan pimpinan sebagai subjek dan pendukung gerak Muhammadiyah untuk mewujudkan tujuannya. (Sistem Perkaderan Muhammadiyah, 2007: 8).

Perkaderan utama adalah kegiatan kaderisasi pokok yang dilaksanakan dalam bentuk pendidikan atau pelatihan untuk menyatukan visi dan pemahaman nilai ideologis serta aksi gerakan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Persyarikatan atau MPK di setiap struktur pimpinan. Perkaderan ini dilaksanakan dengan standar  kurikulum yang baku dan waktu penyelenggaraannya dalam satuan waktu tertentu yang telah ditetapkan. Kegiatan kaderisasi yang dilaksanakan dalam bentuk pendidikan, pelatihan, kursus atau kajian intensif yang terstruktur namun tidak ditetapkan standar kurikulumnya secara baku untuk mencukupi kebutuhan dan fungsi tertentu dari majelis atau lembaga.

Perkaderan fungsional dilaksanakan sebagai pendukung perkaderan utama dan guna pengembangan sumberdaya kader. Kurikulumnya dapat dikembangkan secara fleksibel sesuai jenis pelatihan serta kebutuhan dan kreativitas masing-masing penyelenggara. (Sistem Perkadern MuhammadiyAh, 2007: 44-45).


S.     KOMITMEN KADER

Haedar Nashir, kader Muhammadiyah harus benar-benar memusatkan perhatian dan komitmennya untuk Muhammadiyah, jangan "menduakannya" bahkan "mentigakannya". Artinya apapun kiprah kita di masyarakat, kader harus menomorsatukan Muhammadiyah demi tegaknya Islam, jangan menomorduakan, apalagi menomortigakan. Bahkan jangan sampai ada kader Muhammadiyah yang hanya memanfaat fasilitas dan sarana milik Muhammadiyah untuk kepentingan sesaat dan kepentingan di luar misi ideologi Muhammadiyah.

T.     PROSES KADERISASI

1.    Mulailah dari diri sendiri
2.    Mulailah dari rumah sendiri
3.    Merintis dari Ranting, Cabang, Daerah dan seterusnya
4.    Membangun Jaringan Gerakan
5.    Menjadi Kader yang unggul, aktif, dan kreatif





Tidak ada komentar:

Posting Komentar