Sabtu, 31 Maret 2012

ISLAM PHOBIA

Drs. Andi Hariyadi,M.Pd.I
Image negative tentang Islam sepertinya masih juga belum reda dan terus saja menghiasi diberbagai media masa, yang beranggapan bahwa agama Islam itu agama yang ajarannya penuh dengan kekerasan, sering terlibat dalam berbagai aksi terror, kondisi ini semakin menyempurnakan sentimennya untuk memusuhi Islam, sepertinya sudah tidak ada ruang lagi untuk menampilkan ajaran Islam yang suka damai, persaudaraan dan memberikan rahmat bagi seluruh alam. Pencitraan negative ini begitu kuat tertanam kuat bagi mereka yang belum kenal Islam apalagi sudah ada perasaan dendam yang belum kesampaian atas beberapa aksi sekelompok kecil umat Islam yang menimbulkan beberapa korban di masyarakat, sehingga kebencian sekaligus ketakutan terhadap Islam terus membayangi dalam kehidupannya.
Phobia menurut pakar Psikologi Islam, M.Izuddin Taufik (2006), adalah rasa takut yang berlebih dan keluar dari batasan norma, rasa takut dengan semua tingkatannya adalah suatu emosi yang tidak menyenangkan. Sedang kata Islam berasal dari bahasa Arab, aslama,yuslimun, islaman yang mempunyai beberapa arti :1) Melepaskan diri dari penyakit lahir dan batin; 2) Kedamaian dan keamanan; 3) Ketaatan dan kepatuhan. Sehingga cukup jelas bahwa Islam bukanlah suatu bentuk yang mengarah pada radikalisme, arogansi dan destruktif, yang menginjak-nginjak nilai kemanusiaan dan peradaban yang luhur, justru Islam tampil memberikan pencerahan dan keteladanan dalam kebaikan. Kemuliaan dan keindahan agama Islam, dimata mereka yang takut secara berlebihan terhadap Islam sesungguhnya tidak berdasar, sehingga perlu adanya penjelasan yang lebih obyektif, rasional dan proporsional.
Rasa takut terhadap agama Islam pernah tergambar ketika Rasulullah berdakwah di masyarakat Jahilyah saat itu lebih-lebih dari para kroninya Abu Jahal yang merasa apa yang sudah didapat dan dinikmati saat itu telah memberikan kedudukan yang terhormat meski dengan cara yang penuh penindasan, sedang dakwah Islam memberikan kedamaian yang sangat bertentangan dengan konsenya para Abu tersebut sehingga mereka memusuhi Islam, karena khawatir kedudukannya berpindah ke Rasulullah Muhammad SAW, keadaan ini kembali muncul ketika Paus Urban II menyatakan Perang Salib pertama pada 25 November 1095, selanjutnya pihak Barat semakin kuat rasa takutnya pada Islam ketika terjadi peledakan WTC pada 11 September 2001 dengan korban 3000 orang yang oleh Presiden Amerika Serikat George W. Bush dijadikan media untuk kampanye melawan Teroris, padahal akibat kebijakan Pemerintahan AS korban saudara kita yang muslim baik di Iraq dengan korban 500.000 jiwa dan akibat invasi AS di Afganistan telah jatuh korban ribuan dan tidak pernah dipublikasikan secara fair atas tragedy kemanusiaan disana, dan kebencian terhadap agama Islam masih membara ketika menjelang peringatan tragedy 11 September 2001, Pendeta Terry Jones pemimpin sekte kecil dengan jemaat 50 orang menjadikan tanggal 11 September untuk hari membakar al-Qur’an, dan mendapat kecaman keras baik dari Walikota hingga Presiden AS Barack Obama, meski tidak dilakukan olehnya tetapi tetap dilakukan pembakaran al-Qur’an oleh Pendeta Bob Old dan Pendeta Danny Allen, keduanya membakar Al Quran pada Sabtu (11/9) di hadapan sekelompok orang yang sebagiannya merupakan awak media. Kedua pendeta itu menyiram dua buah Al Quran dan sebuah teks Islam lainnya dengan cairan pembakar, lalu menyulutnya dengan api. Mereka menyaksikan bersama-sama kitab suci umat Islam itu menjadi abu. Aksi dua pendeta itu dilakukan di pekarangan belakang kediaman Old si Springfield. Mereka mengatakan aksinya merupakan pesan dari Tuhan. Old mengatakan bahwa gereja telah mengecewakan banyak orang karena tidak mendukung aksinya. "Saya yakin bahwa sebagai negara kita berada dalam bahaya," ujarnya sebagaimana dikutip media online Tennessean.com (12/10). "Ini adalah buku berisi kebencian, bukan cinta," katanya sambil memegang Al Qur`an sebelum kemudian membakarnya. "Ini adalah kitab palsu, Nabi Muhammad adalah nabi palsu dan itu merupakan wahyu palsu," tambahnya.Kedua pendeta itu lantas melakukan apa yang disebutnya sebagai "demonstrasi damai" dengan sedikit gegap gempita. Delapan orang wartawan ikut menyaksikan aksi kedua rohaniwan gereja itu. [tennessean.com/mah]. Ini merupakan bentuk penghinaan yang seharusnya tidak dilakukan karena dapat memicu hal-hal yang tidak kita inginkan.
Kebencian mereka semakin tidak wajar, ketika Feisal Abdul Rauf salah satu tokoh agama Islam paling terbuka di Amerika, yang menggagas berdirinya masjid di dekat Ground Zero mendapat penolakan disebuah Negara yang menjunjung tinggi demokrasi itu, kebebasan beragama khususnya umat Islam di AS belum sepenuhnya terwujudkan. Apakah ini semua merupakan bentuk Islam Phobia, sehingga untuk melakukan ibadah saja harus dilarang. Tepat sekali apa yang dilakukan oleh Feisal Abdul Rauf dalam memberikan pencerahan kepada warga masyarakat AS tentang Islam yang damai dan bukan keyakinan yang berisi kebencian, kekerasan dan sejenisnya, setelah peristiwa 11 September 2001 itu yang semula menyudutkan Islam dengan pencitraan negative, ternyata atas hidayah Allah SWT telah berbondong-bondong warga AS yang masuk Islam untuk semakin dipelajari secara utuh tidak sepihak dan subyektif semata, (An-Nashr: 1-2) “(Ketika datang pertolongan Allah dan kemenangan,  dan kamu akan melihat manusia masuk ke dalam agama Allah  dengan berbondong-bondong…”. Pertumbuhan yang masuk Islam setiap tahunnya cukup tinggi dan ini merupakan sebuah gelombang baru yang tak terelakkan yaitu Islam yang akan menjadi identitas dominan di negara super power itu.  Dan bukan hanya di AS saja bahkan di beberapa negara Barat lainnya seperti di salah satu Negara bagian di Jerman memberikan pendidikan Islam di sekolahnya untuk melawan sentiment anti  Islam, hal ini semakin menunjukkan kesadaran baru untuk beragamanya dan menemukan ajaran Islam penuh dengan kedamaian.
Ketakutan dan kebencian yang selama ini menguasai dan menghantui pola pikir, pola sikap dan pola kebijakan pada sebagian warga yang selama ini memusuhi Islam perlu pendekatan yang lebih bermakna, sekaligus pada internal umat Islam untuk mampu memainkan peran kedamaian dan kemanusiaan yang lebih beradab sehingga yang semula ketakutan dan melecehkan akan mencintai dan membanggakan Islam. Mengingat peradaban dunia saat ini yang cenderung ekploitatif dan diskriminatif, sesungguhnya sangat rapuh dan segera mengalami kehancurannya, dan disitulah ada peluang dakwah Islam untuk memberikan pencerahan, membangun persaudaraan dan kepedulian, menguatkan kesadaran untuk beragama secara benar penuh ketulusan. Kita harus belajar terhadap sejarah kehidupan beragama, karena ternyata masa perdamaian umat beragama antara Islam dan Kristen lebih panjang dari pada masa bentrokan, hal ini menunjukkan implementasi beragama di masyarakat mampu mempererat persaudaraan karena disanalah akan muncul kehidupan yang lebih mensejahterakan, dan apa jadinya bila kehidupan di masyarakat didominasi kecemburuan, ketakutan dan permusuhan, maka yang ada adalah rusaknya tatanan kehidupan. Mari kita songsong peradaban baru untuk menghilangkan berbagai bentuk ketakutan yang tidak berdasar dan mengarahkan pada kehidupan yang penuh kedamaia dan kesejahteraan, dan berislamlah untuk meraih kesempurnaan kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar