Sabtu, 31 Maret 2012

KEJUJURAN ATAU KEBOHONGAN

Oleh : Drs. Andi Hariyadi, M.Pd.I
Al Maidah : 119
tA$s% ª!$# #x»yd ãPöqtƒ ßìxÿZtƒ tûüÏ%Ï»¢Á9$# öNßgè%ôϹ 4 öNçlm; ×M»¨Yy_ ̍øgrB `ÏB $ygÏFøtrB ㍻yg÷RF{$# tûïÏ$Î#»yz !$pkŽÏù #Yt/r& 4 zÓÅ̧ ª!$# öNåk÷]tã (#qàÊuur çm÷Ztã 4 y7Ï9ºsŒ ãöqxÿø9$# ãLìÏàyèø9$# ÇÊÊÒÈ
119.  Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang paling besar".
Rasulullah Muhammad SAW dalam mengemban tugas dakwah Islam dimasyarakat, telah dibekali 4 sifat yang luar biasa pengaruhnya guna mewujudkan perubahan pada kebaikan ketika berbagai bentuk keserakahan, kesewenangan dan kebohongan begitu kuat mendominasi kehidupan jahiliyah, namun Rasulullah mampu konsisten dengan empat sifatnya yaitu : 1) Shiddiq yaitu benar perkataan dan perbuatan, apa yang diucapkan dan dilakukan adalah sama, bukanlah ketidakjujuran atau kebohongan apa yang dilakukannya,  2) Amanah yaitu terpercaya atau dapat dipercaya, bukanlah pengkhianat yang lalai dari amanat 3) Fathonah, yaitu cerdas, tidaklah mungkin Nabi Muhammad SAW itu bodoh yang tidak mengerti apa-apa 4) Tabligh, yaitu menyampaikan wahyu, tidak ada yang disembunyikan apa yang disampaikan, semuanya dilakukan untuk mengajak pada kebenaran karena saat itu sudah tidak ada bedanya antara yang haq dan yang bathil, justru para elite menjadi pelopor mengkampanyekan kebathilan secara brutal dan liar. Keberadaan Rasulullah Muhammad SAW yang berada ditengah pusaran kejahiliyaan tentunya mendapat perlakuan yang kasar, keras dan kejam, sehingga ayat di atas menjadi penenang dan harapan untuk terus termotivasi melakukan kebenaran, sebab seberapa berat tantangan yang menghadang tidak akan mengundurkan barang setapakpun untuk melakukan kebenaran yang telah diwahyukan bukan berdasar kemauan hawa nafsu diri yang penuh keserakahan sehingga menghalalkan kebohongan. Atas prestasi kemuliaan itu maka selayaknyalah mendapat syurga dan itulah keberuntungan yang paling besar.
Saat ini seringkali kita saksikan berbagai benturan antara kepentingan menegakkan kejujuran atau memenangkan kebohongan, maka sebagai manusia yang telah diberikan kebebasan untuk memilih bukan berarti bebas memilih tanpa petunjuk wahyu-Nya, karena melalui petunjuk wahyu-Nya itulah kita akan menjadi pribadi yang sadar akan tugas kemuliaan, sedang jika kita berpaling dari petunjuk wahyu-Nya berarti kita berada dalam kehinaan yang sehina-hinanya, karena berbagai potensi dirinya ditelantarkan dan lebih mementingkan nafsunya. Stikma negative  dari sebagian masyarakat juga semakin mendorong untuk enggan melakukan kejujuran, karena jujur dianggap hidupnya  akan hancur, sedang berbohong menjadikan  hidup akan makmur. Kondisi seperti ini sebagai akibat lebih mengedepankan nafsu dari pada wahyu, kejujuran yang penuh kemuliaan tersingkirkan oleh keserakahan nafsu kehinaan.
Kejujuran dan kebohongan adalah dua sifat manusia yang sangat bertolak belakang sehingga implikasi dari perbuatan tersebut juga berbeda, yang pertama membawa kebahagiaan yang sesungguhnya karena memang selalu berorientasi pada kebenaran yang senantiasa diperjuangkan untuk dimenangkan meski banyak tantangan, sedang yang kedua membawa kebahagiaan yang semu dan rapuh karena memang orientasi hidupnya untuk kesalahan meski direkayasa sehingga dianggap benar, maka kegelisahanlah yang menghantuinya karena hidupnya telah menciderai nilai-nilai kemanusiaan. Kejujuran akan menjadikan hidup ini tercerahkan karena tidak ada yang disembunyikan, kinerjanya procedural sesuai mekanisme yang ada;  professional sesuai kompetensinya; dan transparan tidak ada yang dialih fungsikan untuk kepentingan pribadi;   serta berkualitas tinggi karena sadar bahwa ke depan kompetisi yang semakin mengglobal perlu penyiapan yang matang. Adapun kebohongan akan menjadikan hidup semakin tertekan dan ketakutan karena kebrutalan yang telah dilakukan mengakibatkan kesengsaraan dan kerugian banyak orang, pola kinerjanya tidak transparan sehingga banyak peluang yang dikorup, kepentingan yang sesaat, instan dan berjangka pendek sehingga tidak mampu menghadapi persaingan global, karena berbagai kebohongan telah dilakukan dan  meski secanggih apapun dalam upaya menutupi kebohongannya akan terkuak juga.
Kita benar-benar prihatin ketika menyaksikan kebohongan telah mendominasi dalam kehidupan ini, bahkan disemua lini kehidupan mudah dijumpai tindak kebohongan, salah satu diantaranya telah menodai dunia pendidikan kita, akibat tersistematikanya penyontekan masal disaat ujian nasional, bahkan pelapor yang sangat gelisah akibat mendapat laporan dari putranya yang mengikuti ujian nasional SD melakukan tindak kejujuran, sehingga  sempat diteror oleh kebanyakan orang  disekitarnya, dan terbukti Ibu Siami menjadi pemberitaan nasional sebagai pejuang kejujuran dan putranya meraih nilai tertinggi di kelasnya.
Kejujuran atau kebohongan adalah pilihan, dan manusia meski diberikan kebebasan untuk memilih bukan berarti bebas tanpa kendali karena menyangkut harga diri dan nilai kemanusiaan, sehingga diturunkanlah wahyu untuk membimbing manusia dalam kebenaran, serta suritauladan Rasulullah Muhammad SAW sebagai panutan yang berhasil merefleksikan kejujuran (As-Siddiq) sebagai salah satu sifatnya dalam memberikan pencerahan masyarakat jahiliyah. Dan saat inipun kejahiliyaan itu berkibar kembali untuk merusak tatanan guna menjungkirbalikkan tata nilai dan kemanusiaan melalui tindakan ketidakjujuran yang terus dibanggakan. Apa jadinya kehidupan ini jika kebohongan dijadikan pijakan dan kebijakan, tentunya akan menghancurkan kehidupan itu sendiri, maka sungguh berbahagialah mereka yang konsisten memperjuangkan kejujuran sebagai pilihan hidupnya untuk meraih kebahagian, kemenangan dan kemuliaan. Singkirkan kebohongan karena berakibat menghancurkan kemuliaan, dan perjuangkan kejujuran itu adalah kemuliaan yang dapat meraih kemenangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar