Kamis, 22 Maret 2012

BENCANA ALAM DAN PERBAIKAN

Oleh : Drs. Andi Hariyadi M.Pd.I
Al Hadiid (57) : 22
!$tB z>$|¹r& `ÏB 7pt6ŠÅÁB Îû ÇÚöF{$# Ÿwur þÎû öNä3Å¡àÿRr& žwÎ) Îû 5=»tGÅ2 `ÏiB È@ö6s% br& !$ydr&uŽö9¯R 4 ¨bÎ) šÏ9ºsŒ n?tã «!$# ׎Å¡o ÇËËÈ
22.  Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (kadar) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
Sederetan bencana alam yang semakin akrab dengan  kehidupan kita baik yang berupa gempa bumi, banjir bandang, longsor, tsunami, puting beliung, awan panas, gunung meletus dan lainnya telah meluluh lantakkan keindahan alam yang selama ini kita banggakan. Pesona keindahan alam Indonesia mampu menarik para wisatawan baik local maupun internasional untuk menikmati keragaman hayati dan hewani, eksotiknya bentangan alam yang mengagungkan semakin menyempurnakan kekayaan dan keindahan alam Indonesia.
Bencana alam yang terus beruntun ini ternyata mampu meningkatkan komunikasi kita terhadap-Nya yang diwujudkan dengan kesalehan ritual, berbagai do’a dan ibadah (ritual) dikumandangkan dengan iringan tangis kesedihan digelar dimana-mana, namun sayangnya intensitas komunikasi ini tidak signifikan dengan kesalehan natural, seringkali kita menyaksikan pengrusakan lingkungan hidup tempat kita tinggal terjadi secara besar-besaran, dari tangan kita penebangan hutan hingga terjadi banjir bandang dan longsor yang mematikan. Masyarakat lebih peka bereaksi ketika ada kemaksiatan seperti perjinahan dan sejenisnya, namun seakan terbungkam ketika penggundulan hutan secara liar, dosa zina masih dianggap lebih berat hukumannya dan lebih penting pembahasannya daripada dosa pengrusakan lingkungan. Untuk itu kesalehan natural seharusnya seirama dalam praktek kesalehan ritual, karena dengan kesalehan natural dimana kita peduli dan ramah terhadap lingkungan alam sekitar akan semakin menyempurnakan kehusukan dalam menggapai puncak kesalehan ritual.
Prof.Dr. Munir Mulkan dalam bukunya yang berjudul : Satu Tuhan Seribu Tafsir, menegaskan, bencana seringkali kita pandang sebagai penanda hukuman atau peringatan Tuhan atas maksiat dan dosa yang kita lakukan. Seruan bertobat dan kembali kepada ajaran Tuhan lantang berkumandangkan tapi lupa bahwa hidup menyimpang hukum alam adalah maksiat kepada Tuhan itu sendiri. Keselehan ritual yang sudah kita tegakkan sekarang ini diharapkan bisa bersama-sama menerapkan kesalehan natural dengan pola hidup yang selaras dengan hukum alam atau sunnatullah. Informasi ilmiah yang diantaranya berisi data-data kondisi alam beserta dampak yang diakibatkannya sesungguhnya merupakan bagian dari wahyu Allah SWT, namun sayangnya masih sering kita dengar bahwa ilmu-ilmu seperti itu dianggap produk ilmu sekuler dan lebih tragisnya masih banyak fenomena bencana dikaitkan dengan berbagai mitos yang menyesatkan.
Bencana gunung Merapi yang hingga kini masih aktif menyemburkan debu dan awan panas serta lahar sehingga menelan ratusan korban dan ribuan luka serta ditampung di tempat-tempat pengungsian yang lebih aman, ternyata menurut para ahli Vulkanologi, bahwa proses ini merupakan cara memperbarui kesuburan tanah karena debu-debu itu mengandung natrium, kalsium dan zat-zat hara yang tinggi kualitasnya. Memang kita sedih melihat korban yang begitu mengenaskan tetapi jika kita berpikir lebih luas dan jernih akan terbukalah fenomena alam yang begitu luar biasa menakutkan ternyata mampu memberikan kesuburan tanah disekitar wilayah bencana, sehingga kita tertantang untuk terus menggali potensi alam ini hingga meraih kesejahteraan dan kebahagiaan.
Gempa bumi di Yogjakarta dan seringkali  juga berbarengan dengan tsusami seperti yang terjadi di Aceh dan Mentawai, hal ini sebagai kenyataan wilayah Indonesia yang terletak pada pertemuan 3 lempeng dunia, yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik, dimana ketiga lempeng ini terus bergerak sehingga terjadilah tumbukan berwujud gempa bumi, dan kitapun tetap prihatin atas saudara-saudara kita yang terkena gempa dan tsunami yang akhir-akhir ini melanda Mentawai, namun demikian proses tumbukan untuk mencapai titik kesempurnaan yang sering menelan korban itu biasanya terjadi di daerah-daerah yang kaya mineral, misalnya : batu bara, minyak dan gas bumi. Sehingga kita harus tetap waspada dengan berbagai antisipasi yang ada untuk meminimalisasikan korban gempa.
Keragaman bencana yang semakin semarak ini, menuntut kita untuk lebih peduli dengan lingkungan hidup kita, wawasan tentang Lingkungan hidup ini ternyata masih minim, bahkan Prof. Dr. Emil Salim menegaskan, bahwa : kini kita memerlukan seorang spesialis yang paham tehnologi lingkungan, ekonomi lingkungan dan seterusnya. Sayangnya harapan ini kurang direspon secara cepat, justru para perusaklah yang diberi tempat dan bahkan dilindungi untuk menguasai, menguras seluruh kekayaan alam hingga semakin menyempurnakan kerusakan alam.
Ketika berbagai bencana menimpa sebagai cara alam untuk memperbaiki sebagai proses penyempurnaannya, maka sesungguhnya kita tertantang untuk segera memperbaiki diri dengan peran-peran yang bijak dan ramah terhadap lingkungan sekaligus mengembangkan kepedulian. Menindaklanjuti surat dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur yang telah memberangkatkan team / relawan kesehatan khususnya di daerah dampak meletusnya gunung Merapi Yogjakarta, maka hasil kaleng infaq sholat jum’at ke empat (26 November 2010) setiap masjid yang dikelola Persyarikatan Muhammadiyah untuk menyetorkan ke Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur guna mendukung kegiatan layanan kemanusiaan bagi para pengungsi. Kepedulian kita sangat berarti bagi mereka yang terkena bencana, maka maksimalkanlah bantuan anda, semoga Allah SWT menerima amal soleh kita. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar