Pada hari Senin, 28 Mei 2012 setelah diumumkannya kelulusan siswa
SMA SMK, seperti biasanya adanya
kebiasaan yang sudah membudaya disebagian kalangan anak-anak pelajar kita
ketika merayakan kelulusannya dengan mencorat-coret seragam sekolahnya dengan
aneka warna cat hingga mengenai sebagian anggota tubuhnya, yang saling
bergantian dengan lainnya, dan itu sepertinya dibanggakan, dilanjutkan
melakukan konvoi kendaraan bermotornya berkeliling kota berboncengan tanpa
pengaman helm terus beraksi hingga mengganggu pengguna jalan lainnya, bahkan
para pengguna jalan itu harus mengalah untuk memberikan kesempatan para pelajar
melampiaskan aksinya di jalan raya.
Setelah pengumuman kelulusan SMA-SMK, minggu depannya pengumuman
kelulusan pelajar SMP, juga memiliki kesamaan karakteristik para seniornya (SMA-SMK)
untuk merayakan kelulusannya dengan budaya yang kurang mencerminkan sebagai
pelajar yang berkarakter, disiplin, sopan dan unggul. Sepertinya, selama mereka
bersekolah bagaikan terpenjara beberapa tahun, sehingga setelah dinyatakan
kelulusannya mereka melampiaskan rasa kegembiraannya untuk keluar dari dinding – dinding sekolah yang
telah memenjarakannya, untuk melepaskan berbagai aturan kedisplinan yang
dianggap memberatkannya. Dan diantara pelampiasannya mencoret-coret symbol –
symbol pendidikan yang selama sekian tahun menjadi atributnya.
Pihak sekolah sudah berupaya mengingatkan kepada para siswanya
untuk merayakan kelulusan dengan rasa syukur bukannya melakukan tindakan yang
cenderung jauh dari nilai syukur, namun upaya itu kurang diperhatikan sehingga
atraksi corat-coret seragam dan konvoi dijalan masih saja dilakukan.
Kelulusan bukanlah akhir dari upaya pendidikan, justru kelulusan
adalah awal untuk memasuki kompetisi baru, yang di dalamnya sarat dengan
keunggulan, kedisiplinan, prestasi dan sebagainya yang telah dibangun selama
mengikuti pendidikan di sekolah. Sehingga budaya kelulusan sejatinya untuk
mempersiapkan diri lebih berprestasi di tengah kompetisi kehidupan yang semakin
komplek, dan bukannya dengan aksi yang tidak mendukung prestasi. Budaya
kelulusan diarahkan untuk menjembatani memasuki realitas kehidupan yang terus
memacu percepatan yang berkemajuan agar tidak tertinggal dan selalu menjadi
obyek yang tidak diperhitungkan. Budaya
kelulusan seharusnya mampu membuat jejaring kehidupan yang lebih luas ketika
kehidupan dunia yang semakin mengglobal. Pancasila dan UUD ’45, sejatinya
mampu melahirkan budaya bangsa, sehingga
pendidikan harus mampu menjadi benteng ketika dihadapkan pada dekadensi budaya
dan demoralisasi kehidupan. Maka pendidikan seharusnya mampu menjadi media
pembentukan karakter siswa yang unggul, yang mampu bekerja keras dan bertindak
cerdas, serta secara sadar terbangun motivasi menjadi pribadi yang memiliki
rasa bertanggung jawab baik untuk diri sendiri maupun bagi masyarakat dan
bangsanya.
Dalam al Qur’an Allah SWT berfirman dalam surat An Nahl (16) : 60
60. orang-orang yang tidak beriman kepada
kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang
Maha Tinggi; dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Akhir disampaikan selamat meraih kelulusan untuk menyambut masa
depan yang penuh tantangan dengan kesuksesan.
Oleh : Drs. Andi Hariyadi, M.Pd.I